Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam
salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.
Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah adalah
salat "tidak sempurna". Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku bagi
orang yang tidak hafal Al-Fatihah.
Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah
diperintahkan membaca:
"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak ada tuhan kecuali
Allah, Allah Maha Besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan
Allah."
Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah
dan dilanjutkan dengan "Aamiin" dan kemudian membaca ayat atau surah
al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu).
Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus
diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga
hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.
Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat hingga selesai membacanya,
misal:
Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda)
Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dan seterusnya.
Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan
ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.
Dalam salat, Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata "Aamiin".
"Aamiin" dalam salat Jahr biasanya didahului oleh imam dan
kemudian diikuti oleh makmum. Pembacaan "Aamiin" diharuskan dengan
suara keras dan panjang. Dalam hadits disebutkan bahwa makmum harus mengucapkan
"aamiin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa "aamiin" diucapkan apabila imam mengucapkannya.
Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat ada yang membacanya
keras dan ada yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan
dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk
Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal hingga akhir salat, disebut Salat
Sir (membaca tanpa suara).
Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar di mana seluruh
bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat
Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras.
Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'.
Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan
keras oleh imam salat. Sedangkan pada saat itu, makmum tidak diperbolehkan
mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk
mendengarkan.
Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak
mengeraskan suaranya. Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan
membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam
hadits:
"Rasulullah bersabda, "Wahai Abu Bakar, saya telah lewat di
depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Abu Bakar
menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang aku bisiki sudah mendengar."
Dia bersabda kepada Umar, "Aku telah lewat di depan rumahmu ketika kamu
salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah,
aku membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi Muhammad
bersabda, "Wahai Abu Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar
dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."
Bacaan ShalatAl Fatihah adalah bacaan shalat yang amat dahsyat. Dalam
fiqih tuntunan shalat, Al Fatihah merupakan bacaan shalat yang bersifat rukun.
Teristimewa, Allah akan menjawab pada setiap ayat yang kita baca.
Firman Allah dalam hadits qudsi:
Nabi SAW bersabda, “Allah SWT berfirman: Shalat itu Kubagi dua antara Aku
dan hamba-Ku. Untuk hamba-Ku ialah apa yang dimintanya.
Apabila ia mengucapkan Alhamdulillahi rabbil alamin, Aku menjawab:
“Hamba-Ku memuji-Ku”.
Apabila ia mengucapkan Arrahmaanirrahiim,
maka Aku menjawab: “Hamba-Ku menyanjung-Ku”.
Apabila ia mengucapkan Maaliki yaumiddiin,
maka Aku menjawab: “Hamba-Ku mengagungkan-Ku”.
Apabila ia mengucapkan Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin,
maka Aku menjawab: “Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan untuk
hamba-Ku apa yang dimintanya”.
Apabila ia mengucapkan Ihdinashirratal mustaqim, shiratalladzina an’amta
alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin, maka Aku menjawab:
“Inilah bagian hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dimintanya” (HR
Muslim).
Sungguh luar biasa, ternyata Allah langsung menjawab bacaan shalat kita…
Terungkap sudah rahasianya, mengapa Rasulullah membaca Al Fatihah ayat-demi
ayat (tidak menyambungnya), sebagaimana dikatakan dalam hadits:
“Kemudian beliau SAW membaca Al-Fatihah, beliau memenggalnya ayat demi
ayat…” (HR Abu Dawud).
Alfatihah Bacaan Shalat
Karena itu, untuk memaksimalkan bacaan Al Fatihah, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
Membacanya ayat demi ayat (tidak menyambung)
Memahami kandungan arti surat Al Fatihah, kata demi kata
Mengetahui dan merasakan jawaban Allah pada ayat demi ayat yang kita baca
Meyakini bahwa jawaban Allah akan segera terwujud buat kita
Karena
"BERBAGI ITU
INDAH"