Showing posts with label His Back…!!. Show all posts
Showing posts with label His Back…!!. Show all posts

Rudi Rubiandini, His Back…!!


Pada tanggal 27 April yang lalu, Prof. Dr.-Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S., M.Eng. memberikan paparan dengan topik Harga Minyak Negatif: Apa, Mengapa dan Sampai Kapan? melalui media daring. Bagi saya yang menjadi murid beliau di kampus lebih dari satu dekade yang lalu, kemunculan Prof Rudi atau biasa kami panggil dengan dengan sapaan akrab Mas Rudi untuk memberi "kuliah", lebih menarik daripada topiknya itu sendiri. Saya yakin banyak murid beliau merasakan hal yang sama.

Rudi Rubiandini memiliki gaya yang khas dalam memulai kuliahnya. Saat di kampus dulu, beliau selalu membuka kuliah dengan sesi pertanyaan. Ya, sesi pertanyaan, bukan pemaparan materi. Metode ini berhasil memaksa kami tenggelam dalam diktat teknik pemboran, mata kuliah Mas Rudi, yang terdiri dari beratus-ratus halaman sebelum kuliah dimulai.

Adalah pemandangan yang umum jika mahasiswa Teknik Perminyakan yang sedang mengambil mata kuliah teknik pemboran pada suatu semester untuk terlihat membawa buku yang tebalnya hampir menyerupai bantal kemanapun dia pergi. Mengapa kami sangat terpacu untuk menguasai bahan sebelum kuliah dimulai? Karena jika tidak ada pertanyaan atau walaupun ada, tapi pertanyaannya kurang berkualitas, Rudi Rubiandini akan memberikan kompensasi berupa naiknya tingkat kesulitan soal ujian.

Ada satu prinsip yang selalu disampaikan Rudi Rubiandini di awal perkuliahan. Beliau mengatakan hanya mahasiswa yang sudah memenuhi standar yang dapat lulus, kalaupun hanya satu orang yang masuk standar, maka hanya satu orang itulah yang akan lulus. Beliau menamakan prinsip ini "Prinsip Shaolin."

Selanjutnya, Rudi Rubiandini menjelaskan mengapa beliau mengaplikasikan prinsip ini. "Di Shaolin, hanya murid yang memenuhi standar yang dapat lulus, kalaupun hanya ada satu murid atau tidak ada yang masuk standar, maka sebanyak itu pula yang lulus. Mengapa? karena ada tanggung jawab kepada masyarakat. Lebih baik meluluskan satu orang yang akan berguna di masyarakat daripada memberikan banyak lulusan yang tidak berguna karena belum memenuhi standar."

Dengan prinsip ini ditambah dengan standar tinggi yang beliau tetapkan, tidak heran banyak mahasiswa mata kuliah teknik pemboran yang bertumbangan setiap semesternya. Kuliah teknik pemboran pun menjadi semacam ajang silaturahmi akademis antara mahasiswa senior dan junior.

Cara mengajar yang cukup keras dapat kita pahami dari cerita-cerita yang Rudi Rubiandini sampaikan sebagai selingan kuliah tentang masa-masa beliau menempuh jenjang master dan doktoral di Jerman. Lewat cerita-cerita tersebut kami dapat memahami darimana standar tinggi dan prinsip shaolin itu berasal, dari cerita-cerita itu pula kami akhirnya mengerti visi beliau mendidik kami, untuk menjadi manusia yang kuat, tahan banting dan tidak cengeng dalam mengarungi kerasnya hidup yang akan dihadapi selepas kuliah.

Walaupun menetapkan standar tinggi dan tanpa kompromi di ruang kuliah, Rudi Rubiandini adalah sosok yang baik dan dekat dengan mahasiswanya. Salah satu momen yang selalu diingat adalah satu saat dimana kelas kuliah yang diadakan berbarengan dengan ulang tahun beliau.

Pagi itu, di ruang kuliah, Rudi Rubiandini mengajar sambil sesekali diselingi mengetik sesuatu pada handphonenya. Setelah beberapa kali mengetik, beliau berkata "Mohon maaf ya saya sambil balas-balas SMS, karena hari ini banyak yang mengucapkan selamat ulangtahun ke saya".

Serentak tanpa dikomando, kami pun langsung menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada beliau. Suasana kelas yang diisi sekitar seratus orang saat itupun langsung berbalik seratus delapan puluh derajat, dari sebelumnya hening dan serius menjadi riuh dan ramai oleh ucapan selamat. Selesai bernyanyi, ada beberapa mahasiswa yang nyeletuk "makan...makan mas!". Kontan saja satu kelas langsung tertawa.

Tidak disangka Rudi Rubiandini menanggapi tawaran tersebut, "Ayo, mau makan dimana? Atur ya". Langsung saja peluang itu kami tangkap. Tanpa aba-aba, kamipun berembuk, lalu kesepakatan dibuat, terpilihlah sebuah restoran Jepang dengan pertimbangan bisa makan sepuasnya atau all you can eat dan harganya yang lumayan mahal untuk ukuran kantong mahasiswa.


Restoran di-booking, kuliah dibubarkan dan kami semua secara serempak berangkat ke restoran, hasilnya? Restoran Jepang tersebut tutup setengah hari karena semua makanannya habis dimakan mahasiswa-mahasiwa kelaparan yang perutnya bagai palung dalam yang tak memiliki dasar.

Kenangan-kenangan diatas tiba-tiba muncul saat melihat Rudi Rubiandini kembali memberikan kuliah walaupun melalui media daring. Satu hal yang saya syukuri adalah, saya (dan mungkin juga teman-teman kuliah satu angkatan) dapat merasakan gemblengan Mas Rudi. Walaupun keras (dan saya dengar banyak yang kurang setuju dengan cara beliau), hal itu telah memberikan warna-warni tersendiri pada masa kuliah kami.

Rudi Rubiandini sendiri kemarin telah kembali ke dunia pendidikan yang dicintainya setelah melalui banyak cobaan. Dengan tegar dan penuh percaya diri beliau tampil memberikan paparannya. Seakan-akan sedang memberikan contoh kepada kami, para anak didiknya, bagaimana menjadi pendekar shaolin yang tangguh. Tidak hancur diterjang kerasnya dunia dan selalu bangkit kembali setelah diterpa cobaan.

Dikutip dari : www.kompasiana.com

Share:

SELAMAT DATANG

Translate

ARTIKEL POPULER

Artikel Bermanfaat Bagi Kehidupan

POSTINGAN TERBARU

Analisa GOLD 26 Nopember 2021

mari kita simak XAUUSD dalam 1 Jam untuk menentukan Level harga Support dan Resistance intraday berikut: Resistance2 (R2) : 1812...

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Label Clouds