masdagu.blogspot.com - |
QS: Al-Hadid ayat:21-24,
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Alloh berfirman bahwa Surga tempatnya dikiyaskan seluas langit dan bumi, untuk menggambarkan kepada ukuran yang manusia bisa bayangkan bahwa Surga itu luas sekali sehingga saluruh umat Alloh, akan cukup menempati Surga seluruhnya.
Karena manusia itu tidak ada yang luput dari dosa, maka berdoalah dengan memohonkan ampunan agar mendapatkan hak untuk masuk Surga. Malah perintahnya dengan berlomba-lomba, maksudnya disegerakan jangan ditangguhkan untuk memohon ampunan.
Ketika doa permohonan ampun kita diterima Alloh, adalah sebuah karunia Alloh yang besar, lebih besar dari karunia lainnya yang diterima di dunia.
Baca Juga :
- #Bayi Musa “dihanyutkan”
- Sami'na Wa Atho'na (Kami Mendengar dan Kami Taat)
- Jangan menjadi ‘kaum yang diazab”
Dalam menyikapi ujian dari Alloh yang kita terjemahkan salah satunya sebagai bencana, baik secara bersama-sama di muka bumi, atau berupa bencana atau ujian yang menimpa kepada perseorangan, semuanya sudah tertulis dalam kitab yang disebut Lauh Mahfuuz, tetapi yang terpenting itu bukan minta dijauhkan dari bencana atau ujian, tapi bagaimana kita menyikapi bencana atau ujian tersebut.
Akan berubah bencana / ujian tersebut statusnya menjadi Azab apabila disikapi dengan aral, tidak menerima, bahkan mencaci dan su'udzon kepada Alloh, sehingga makin jauh dari Alloh, yang akhirnya azabnya menjadi berlipat yaitu hilangnya kenyamanan duniawi dan hilangnya ketaqwaan kepada Alloh.
Tetapi berubah bencana / ujian tersebut statusnya menjadi hikmah
apabila disikapi dengab ikhlas, yaitu menyikapi bencana dengan sabar dan solat,
karena husnudzon kepada Alloh.
Halaman