Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun Kamu berada
dipihak yang benar dan menjauhi
perkataaan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Saw bersabda.; “ Aku adalah
penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari
pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di
tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun
bercanda.”(HR.Abu Dawud dan dinilai oleh al-Albani)
Penjelasan :
1. Hindarilah berdebat
Berdebat sering kali memicu perpecahan. Karena dengan berdebat maka
akan terjadi perselisihan pendapat baik dalam ucapan, bahasa tubuh hingga
akhirnya berujung pada perpecahan dan permusuhan.
Berdebat akan membuang waktu dan pikiran dengan percuma. Karena setiap
manusia memiliki hak untuk berpendapat yang pasti belum tentu sama maka sia
sialah usaha kita untuk berusaha memaksakan kehendak ego dengan berdebat.
Berdebat bisa membuat sesuatu yang benar menjadi salah dan sesuatu
yang salah menjadi benar. Karena yang menjadi pemenang dalam debat adalah
mereka yang mampu memutar balikkan kata- kata, bukti, bahasa sehingga suatu
yang salah seakan bisa jadi benar. Sedangkan yang namanya kebenaran itu tidak
perlu untuk diperdebatkan karena tidak akan berubah kedudukan kebenaran dimata
Allah SWT secerdik apapun kita mengelak, karena semua yang perbuat akan kau
pertanggung jawabkan kelak di hari pembalasan.
2. Jangan berdusta walau cuma iseng atau bercanda
Dusta atau bohong dapat merugikan orang lain yang mempercayai
perkataanya dan orang lain yang dibicarakan. Dusta akan menimbulkan fitnah.
fitnah akan menimbulkan permusuhan dan perpecahan. karena fitnah lebih kejam
daripada pembunuhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri dan
para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat
mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila
tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam
bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Sebagaimana yang
diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti hadits dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, “Aku belum pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau
hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasullullah!
Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu
berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)
Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta
untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa,
celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
3. Menjadi manusia yang berakhlak mulia
Jadikanlah Al Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam berperilaku
InsyAllah kau akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dan manusia yang
paling baik akhlaknya adalah Rasul Muhammad SAW. maka hendaklah kita teladani
ucapan, perilaku dan perbuatan beliau.
Berakhlak dengan akhlak yang mulia bukan hanya asesori pelengkap dalam
agama ini. Bahkan ia menjadi sesuatu yang sangat penting hingga Allah SWT
mengutus Nabi akhir zaman SAW untuk mengemban misi menyempurnakan akhlak mulia.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR.
Ahmad)
Oleh karena kesempurnaan akhlak adalah bagian dari tujuan yang sangat
penting dalam agama ini, maka memilikinya akan menempatkan seseorang dalam
derajat yang sangat mulia di sisi Allah. Derajat orang-orang yang memiliki
akhlak mulia adalah derajatnya orang bertakwa, dan derajat takwa adalah derajat
terbaik di sisi Allah SWT.
“Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya” (HR. Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling
dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah yang paling baik
akhlaknya” (HR. Tirmidzi)