Juz ke-19 dimulai dari surat Al-Furqon ayat:21 sampai surat An-Naml ayat:59.
QS:Asy-Syu'araa: 221 -
227,
Apakah akan Aku beritakan
kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun?
Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.
Alloh telah mengijinkan Setan untuk menggoda manusia, yaitu setan akan selalu membisikan keindahan, kenikmatan dan kebahagiaan semu melalui qolbu manusia. Namun Alloh mengingatkan manusia ke arah hal-hal baik dan mengajak selalu mengikuti jalan yg lurus melalui bisikan malaikat pada qolbu manusia.
Jadi dua sisi, baik dan buruk selalu datang dan hadir sangat dekat dalam qolbu manusia, lebih dekat dari urat leher sekalipun. Tinggal sisi manusia, yg mana yg suka didengar, bisikan Setan atau bisikan Malaikat. Tentunya yg sudah membiasakan diri dengan berdusta yaitu bagian dari golongan munafik yg akan mudah menerima bisikan-bisikan setan tsb.
Oleh karena itu, agar manusia tetap di jalan lurus menjaga diri agar bertauhid, tidak kafir, harus dipelihara mulut dan tindakan kita dari sifat munafik, yaitu bila berkata dusta, mengingkari janji, dan khianati amanah. Karena dengan terbiasa dusta tsb sangat mudah qolbu kita menerima bisikan setan . . . Na'udzubilahi min dzaliq
Pada jaman dahulu para penyair sangat dihormati dan diikuti perkataannya, karena indah bicaranya seperti seorang filsuf, sehingga banyak diundang atau ditanggap dari kampung ke kampung, lembah ke lembah sebagai hiburan tersendiri bagi rakyat kebanyakan, bahkan para pemimpin negeri saat itu.
Tentunya ada sebagian para penyair yg juga masih beriman dengan baik, beramal soleh, dan mengerjakan apa yg diucapkannya, namun kebanyakan saat itu para penyair tidak mengerjakan amal baik seperti yg diucapkannya, hanya sebagai hiasan mulut yg menyenangkan para pendengar.
Baca Juga :
- Masing-masing Jiwa akan mempertanggungjawabkan Ujiannya, tanpa syafaat dari orang lain
- Agama Ibrohim yg lurus
- Jangan Ingkar Janji
Dalam konteks moderen saat ini, bisa saja penyair-penyair itu adalah kita, yang sering ucapannya didengar oleh orang banyak, seperti para guru, dosen, ustadz, ulama, pemuka masyarakat, pejabat, dan para pemimpin lainnya. Maka akan sangat rentan mereka yg mendapat amanah tsb untuk tidak terjerumus pada sifat munafik, salah satunya berkata dusta, sehingga qolbunya mudah menerima bisikan setan.
Maka menjadi pintu awal penjagaan kita agar tetap bertakwa dengan sungguh-sungguh adalah jangan berkata dusta. Memang tidak mudah menjaga mulut untuk tidak berkata dusta, karena qolbu kita selalu diganggu oleh bisikan setan setiap saat, sementara fikiran setiap orang ingin selalu telihat baik, terlihat sempurna, terlihat soleh, sehingga kadang dilakukan dengan sedikit berdusta untuk menutupi realita yg kurang baik, lama-lama terbiasa berdusta, lama-lama menjadi munafik, dan akan jauh dari takwa kepada Alloh.
Semoga kita mampu menjaga dari berkata dusta, sehingga qolbu tertutup dari bisikan setan . . Aamiin.
Wallohu Alam | Rudi
Rubiandini |22 Oktober 2020