Mendudukan orang lain pada kedudukannya, dan masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai
”Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu ‘berlapang-lapanglah dalam majelis’ maka lapangkanlah niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan ‘berdirilah kamu’ maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Asbabun Nuzul QS. Al-Mujadalah ayat 11 ini, diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia mengatakan bahwa pada suatu hari yaitu hari Jum’at, Rasulullah Saw berada di Shuffah mengadakan pertemuan di suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati pahlawan perang Badar yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beberapa pahlawan perang Badar ini terlambat datang, diantaranya Tsabit bin Qais, sehingga mereka berdiri diluar ruangan.
Mereka mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Ayyuhan Nabi Wabarakatuh”, lalu Nabi menjawabnya. Mereka pun mengucapkan sama kepada orang-orang yang terlebih dahulu datang, dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap berdiri, menunggu tempat yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang memperdulikannya.
Melihat keadaan tersebut, Rasulullah menjadi kecewa lalu menyuruh kepada orang-orang di sekitarnya untuk berdiri. Diantara mereka ada yang berdiri tetapi rasa keengganan nampak di wajah mereka. Maka orang-orang munafik memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi, sambil mengatakan “Demi Allah, Muhammad tidak adil, ada orang yang lebih dahulu datang dengan maksud memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri untuk diberikan kepada orang yang terlambat datang”. Lalu turunlah ayat ini.
Bagian akhir ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat tinggi kedudukan orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu. Orang-orang yang beriman diangkat kedudukannya oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan orang-orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena mereka dapat member banyak manfaat kepada orang lain. Ilmu disini tidak terbatas pada ilmu-ilmu agama saja, tetapi termasuk di dalamnya ilmu-ilmu keduniaan. Apapun ilmu yang dimiliki seseorang bila ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, ilmu itu tergolong salah satu dalam tiga pusaka yang tidak akan punah meskipun pemiliknya telah meninggal dunia. Tiga pusaka dimaksud adalah sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepada orang tuanya.
Dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 di atas, Allah menganjurkan kepada kita agar senantiasa mau bekerja keras, baik dalam menuntut ilmu maupun bekerja mencari nafkah. Hanya orang-orang yang rajin belajarlah yang akan mendapatkan banyak ilmu. Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang memiliki semangat kerja untuk meraih kebahagiaan hidup. Oleh karena itu, Allah menjamin akan mengangkat derajat kehidupan orang-orang yang beriman dan berilmu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan orang yang rajin belajar dan bekerja hidupnya sukses dan berprestasi, sedangkan orang yang malas dan tidak memiliki ilmu hidupnya susah dan selalu gagal. Betapa pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dan semangat berkerja keras. Sebab hanya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang bergunalah manusia akan mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat antara lain :
Perilaku disiplin dan taat asas, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik diri sendiri maupun orang lain
Menghormati hak dan kewibawaan orang lain, sebab pada dasarnya semua orang ingin dihargai dan dihormati kewibawaannya
Rajin dan giat mencari ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama
Rajin dan taat beribadah kepada Allah
Bersikap sportif dan konsekuen dengan bersedia menerima kesalahan dan kekurang diri sendiri serta mengakui kelebihan dan kebenaran dari orang lain
Bekerja/belajar sesuai dengan aturan yang telah ditentukan
Bekerja/belajar dengan penuh semangat, sehingga dipandang sebagai sesuatu yang menyenangkan
Bekerja dengan sikap penuh tanggung jawab, tidak hanya kepada manusia melainkan kepada Allah
Bekerja dengan didasari niat ibadah kepada Allah Swt.
Sebagai generasi yang hidup pada era modern, persaingan hidup semakin ketat dan peluang mendapat pekerjaan semakin sempit, hendaknya kita dapat mempersiapkan diri dengan berbagai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta etos kerja yang baik. Dengan demikian kita tidak akan tertinggal oleh generasi lain yang juga memiliki perbekalan diri yang cukup. Oleh sebab itu, hendaknya kita dapat membiasakan diri beretos kerja yang baik sejak saat ini. Untuk dapat membiasakan diri menerapkan beretos kerja yang baik, hendaknya terlebih dahulu diperhatikan :
Pahami dengan baik bahwa waktu dan kesempatan datangnya hanya sekali dalam seumur hidup. Hari ini tidak akan datang lagi pada hari esok atau lusa, ia akan terkubur oleh hari-hari berikutnya.
Biasakan menghargai waktu dan menggunakannya untuk hal-hal yang positif, jangan biarkan waktu berlalu tanpa arti atau terisi dengan perbuatan yang sia-sia
Biasakan hidup teratur dan bersikap disiplin, taat kepada aturan, tepat atas komitmen, dan setia pada janji, sehingga hidup terasa indah dan bermakna
Jadikan suatu pekerjaan sebagai kewajiban yang harus ditunaikan, sehingga tidak terbersit pikiran akan menyepelekannya
Mulailah membiasakan diri beretos kerja yang baik sejak sekarang, dengan menata jadwal kegiatan sendiri dan berusaha menepati dan melaksanakannya