Juz-18 dimulai dari surat Al-Mu'minun ayat 1 sampai surat Al-Furqon ayat:20.
QS:Al-Mu'minun ayat: 112-118,
Allah bertanya: "Berapa tahunkah
lamanya kamu tinggal di bumi?"
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung".
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui"
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
_Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia._
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.
Dan katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik".
Sering diingatkan makna hidup di dunia
hanya sebentar saja.
Dalam konteks makrokosmos, yaitu
keberadaan alam semesta, dari sisi ilmu pengetahuan yg menggunakan ukuran
peluruhan karbon dalam setiap materi, maka keberadaan mahluk berdiri tegak
seperti manusia sudah sejak jutaan tahun lalu, sebelumnya telah ada hewan
berkaki empat, hewan sederhana, tetumbuhan dan buah2an, sebelumnya ada
hewan bersel tunggal dan ganggang hijau, sebelumnya diprediksi bumi ini hanya
berasal dari air dan bebatuan pada sekitar lima milyar tahun yg lalu.
Tentunya planet dan bintang-bintang lainnya di jagat raya telah Alloh ciptakan lebih lama lagi bersama terbentuknya milyaran galaksi yg sangat besar dan banyak.
Maka apabila manusia hanya hidup tidak lebih dari seratus tahun, bandingkan dengan milyaran tahun hasil ciptaan Alloh, maka bagaikan sekejap dan berkedip keberadaan manusia di bumi ini. Urusan dan kekuasaan Alloh jauh lebih lama dan lebih besar daripada urusan hidup seorang manusia. . . . Allohu Akbar.
Dalam konteks makna hidup yg berarti
berinteraksi dengan komponen hidup lainnya, maka dapat dirasakan bahwa hidup
dimulai saat terbangun dan kemudian berhenti ketika mulai tertidur, dengan
penuh kesadaran fikiran, otak, qolbu semua berperan menentukan, memilih,
melakukan, segala perbuatan yg berinteraksi dengan manusia lainnya, dengan
mahluk lain, dan dengan Alloh sang pencipta, dan bahkan saat terbangun pula
bisikan setan mendekati manusia.
Jadi pada prinsipnya ketika terbangun sehari atau setengah hari tersebutlah makna hidup terjadi, dan manusia akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak dari hidup setengah atau sehari tsb.
Akhirat adalah abadi, maka segala perilaku, tindakan, keputusan selama sehari tersebut yg akan menjadi cermin balasan yg akan diterima di akhirat kelak, karena semua manusia akan kembali kepada Alloh yg maha Esa, yg hanya satu-satunya yg pantas disembah, ditakuti dan dijadikan gantungan dalam memohon pertolongan.
Karena begitu besarnya kakuasaan Alloh, maka dikiyaskan sebagai yg memilik Arasy, yg sampai saat ini tidak ada yg mampu mendefinisikan tempat macam apa, seberapa luas, seberapa tinggi, seberapa jauh, seberapa indah, karena otak dan fikiran manusia terlalu kecil untuk menangkap kekuasaan Alloh yg maha besar. Maka pantaslah untuk tidak menyekutukan Alloh sehingga kita benar-benar beriman dan bertauhid.
Marilah kitas selalu berdoa dan berharap hanya kepada Alloh dengan berucap ya Alloh berilah ampunan dan berilah rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yg terbaik, yg sering diucapkan saat tawaf mengelilingi kabah di masjidil Haram robbigfir, warham wa anta khairur-raa-hiimiin.
Pelajaran yg dapat diambil bahwa, kita harus mampu mengoptimalkan waktu hidup yg diberikan Alloh yg hanya sebentar saja, yaitu setengah atau sehari. Sejak kita bangun sampai tidur kembali, apa saja yg akan dikerjakan yg sesuai dg petunjuk dan rambu dari Alloh, yaitu berbuat amal soleh serta kabajikan pada sesama.
Wallohu Alam | Rudi Rubiandini |20
Desember 2020