Demensia merupakan penyakit yang membuat fungsi otak mengalami gangguan
atau kemunduran. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada orang-orang lanjut usia
yang membuat mereka memiliki masalah memori.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti pengobatan demensia. Namun
ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, yakni dengan
mengonsumsi makanan tertentu dan berlatih mengasah otak. Di samping itu,
beberapa penelitian juga menemukan cara lain untuk mendeteksi dini demensia,
salah satunya lewat tes mata.
Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa tes mata sederhana oleh para
ahli optik dapat membantu mengukur risiko berkembangnya penyakit demensia.
Menurut sebuah laporan di BBC, para ilmuwan menyebutkan bahwa mereka yang
memiliki retina yang lebih tipis lebih rentan mengalami masalah penalaran dan
juga ingatan.
Penelitian yang diterbitkan di JAMA Neurology ini melibatkan 32.000 orang
dan menggunakan teknik optical coherence tomography atau OCT, mengukur bagian
yang berbeda dari retina dan lapisan serat saraf retina. Para peserta berasal
dari usia 40 hingga 69, peserta diuji kekuatan penalarannya, memori serta waktu
reaksinya. Dari situ disimpulkan bahwa mereka dengan retina tertipis adalah
orang-orang yang kemungkinan gagal dalam salah satu tes tersebut.
BACA JUGA
TENTANG :
Kesehatan – Kultum – Herbal – Relaksasi – Tanaman - Resep Makanan - Resep Kue - ResepMinuman - Lagu
Indonesia - Lagu Barat - Lagu dangdut - Lagu Religi
"Sangat mungkin bahwa perawatan akan lebih efektif dalam
memperlambat atau menghentikan demensia pada tahap awal penyakit. Juga, dengan
menargetkan orang-orang pada tahap awal, kemungkinan harus merancang uji klinis
yang lebih baik untuk perawatan dan meningkatkan kualitas kehidupan
orang-orang," demikian dikatakan Paul Foster, Profesor dari University
College London Institute of Ophthalmology seperti dikutip dari Indian Express.
Kehilangan memori, dan jenis penurunan kognitif lainnya sering dianggap
sebagai gejala awal demensia. Nah tes ini bisa menjadi cara untuk
mengidentifikasi orang-orang yang berisiko lebih tinggi tertular penyakit.
Tapi, terlepas dari keunggulan tes ini, beberapa ilmuwan juga mempertanyakan hubungan
antara demensia dan ketebalan retina.
Mereka berpendapat bahwa temuan tes ini tidak serta merta akurat atau
cukup handal untuk mengukur kemampuan kognitif. Akan tetapi, metode ini akan
tetap populer karena cuma membutuhkan sedikit pengeluaran dan merupakan cara
non-invasif untuk mendeteksi demensia.
Jangan Lupa Bagikan Ke Keluarga Dan Teman Kamu
Karena
"BERBAGI ITU INDAH"