Sofyan bin Abdullah berkata “ Ya Rosulullah, terangkan kepadaku
tentang Islam. Aku tidak akan bertanya lagi kepada orang lain. “Lalu Rasulullah
Saw menjawab: “ Katakan: Aku beriman kepada Allah, kemudian haruslah (istiqomah).(HR.Muslim)
Berkata Ibnu Qoyyum al-Jauziyah:”Diantara tipu daya setan adalah
menyihir akal manusia agar dapat menipunya. Tidak ada yang selamat dari
tipuannya kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah Swt. Lalu setan akan
menghiasi (mendandani) tindakan berbahaya, hingga ia akan berkhayal bahwa
perbuatan itu sangat besar manfaatnya,hingga ia akan berkhayal bahwa perbuatan
itu sangat berbahaya, pahit dan menjemukan….”
Orang-orang yang istiqamah tidak akan berduka lara menyikapi kehidupan
dunia yang seringkali berjalan tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan, juga
tidak jarang yang terjadi adalah hal-hal yang mengundang kesedihan. Orang-orang
yang beristiqamah akan bisa menjalani semua dengan kebesaran jiwa dan hati yang
lapang. Karena mereka yakin bahwa Allah Swt yang menghendaki segalanya dan
mereka pun yakin bahwa hanya dengan tetap kokoh berpegang kepada-Nya, mereka
akan mampu bahagia hidup di dunia sebelum meraih kebahagiaan di akhirat.
Keimanan dan keistiqamahan adalah dua kata kunci penting. Ketika
seseorang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah Swt, yakin kepada-Nya,
kemudian ia beristiqamah di dalam keimanan, pendiriannya, amal shalehnya,
keikhlasannya, maka ia akan dapatkan kebahagiaan yang ia cari. Istiqamah dalam
keikhlasan beribadah. Dunia dan seisinya ini tidaklah berarti apa-apa. Ketika
seseorang telah mendapatkan dua kata kunci tadi di dalam dirinya, maka ia
bisa mencapai derajat kekasih Allah Swt.
Keuntungan orang yang bersikap istiqamah terhadap Allah Swt adalah
hati dan jiwanya akan diliputi ketenangan. Mengapa terjadi demikian? Karena
Allah Swt menyukai perbuatan baik yang dilakukan secara konsisten,
terus-menerus, kontinu, meskipun amal kebaikan itu hanya kecil atau sedikit
saja.
Rasulullah Saw bersabda, “Beramallah dengan benar dan sungguh-sungguh,
ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang dari kalian tidak akan masuk surga karena
amalannya. Mereka bertanya, “Dan apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “(Ya) Demikian juga aku, kecuali Allah memberikanku rahmat-Nya. Dan
ketahuilah bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang
kontinu (berkesinambungan) walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)
Demikian juga dengan orang yang membiasakan diri senantiasa berdoa
setiap kali bangun tidur. Mungkin di sepanjang hari ia tidak bisa melakukan
amal-amal yang besar-besar, atau tidak bisa selalu bersedekah, namun ia disukai
oleh Allah Swt karena ia istiqamah dalam melakukan dzikir setiap kali ia bangun
dari tidurnya.
Dalam salah satu hadits qudsi, Allah Swt berfirman, “Dan tiadalah
hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain apa yang Aku
wajibkan atasnya, dan hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan amalan-amalan
sunnah hingga Aku mencintainya, dan jika Aku mencintainya, maka Akulah
pendengaran yang selalu ia pakai untuk mendengar, penglihatan yang selalu ia
gunakan untuk melihat, tangan yang ia gunakan untuk menggerakan segala sesuatu,
kaki yang dia pakai berjalan, dan apabila ia memohon kepada-Ku, Aku berikan.
Dan apabila ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku melindunginya” (HR.
Bukhari).
Jadi berkahnya orang yang beristiqamah itu adalah dicintai oleh Allah
Swt. Ia juga dijaga oleh malaikat. Ketika pada suatu waktu seseorang tidak bisa
melakukan amal kebaikan yang sudah biasa ia lakukan secara konsisten, maka
sesungguhnya ia tetap mendapatkan pahala dari amal kebaikan yang biasa ia
lakukan itu. Misalnya adalah ketika seseorang membiasakan diri untuk
selalu shalat Subuh secara berjamaah di masjid.
Demikianlah apabila seseorang beristiqamah dalam menunaikan suatu
amalan ibadah tertentu. Persis seperti kala kita sering melewati suatu jalan
atau gang, kita akan menelusurinya dengan sangat mudah tanpa harus fokus
mengingat-ngingat rutenya. Meskipun di jalan atau gang itu terdapat banyak
perubahan ornamen atau aksesori.
Allah Swt berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan (istiqamah) pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu”. (QS. Fushilat [41]: 30).
Seorang pedagang yang istiqomah akan selalu berlaku jujur, baik itu
dalam timbangannya ataupun juga dalam hal informasi kualitas barang yang
didagangkannya. Dengan cara berdagang yang demikian, ia yakin akan mendapatkan
keuntungan yang terus-menerus mengalir walaupun secara nominal mungkin tidak
banyak keuntungan yang ia peroleh. Ia merasa tenang dan bahagia karena justru
dengan kejujurannya di dalam berniaga, maka ia akan mendapat keuntungan yang
jauh berlipat ganda yaitu keuntungan yang dilatarbelakangi ridha Allah Swt atas
apa yang dilakukannya dalam perniagaan.
Keistiqamahan akan membuat seseorang mempraktekkan nilai-nilai ibadah
di dalam setiap akfititas dan rutinitasnya. Sekalipun ia berada di dalam
lingkungan yang penuh dengan tipu muslihat dan jebakan maksiat, ia tidak akan
terjebak. Ia akan selalu bisa mawas diri untuk tidak sedikit pun mendekati apa
yang syubhat apalagi yang diharamkan oleh Allah Swt terhadap dirinya.