Kultum : Mengibaskan sprei (alas tidur) tiga kali.

Disunnahkan pula mengibaskan sprei (alas tidur lainnya) tiga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadits Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “ Apabila salah seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengirapkan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…” didalam satu riwayat dikatakan, “dilakukan) tigga kali.” (Muttafaq ‘alaih)

Penjelasan :

Apakah Anda tahu mengapa itu disunnahkan mengibas  3x diatas tempat tidurnya sebelum tidur.
Perlu diketahui bahwa kutu busuk, tidak terpengaruh dengan cara mencuci bantal,selimut,kasur dan lainnya.

Mengibas tiga kali tempat tidur anda , seperti yang disunnahkan nabi sebelum Anda tidur itulah cara terefektif mengusir kutu Buauk.

Sunnah ini banyak ditinggalkan oleh umat muslim , Pejelasan ilmiah bahwa ilmuwan dan dari Dewan Sanitasi telah membuktikan bahwa manusia saat tidur ke tempat tidur untuk tidur bahwa dalam sel-sel tubuh manusia yang rontok , jatuh di tempat tidurnya, dan ketika orang itu terbangun dari tidur ,maka sisa-sisa yang ditemukan dalam sel-sel tempat tidurnya masih menempel dan ini menjadi makanan kutu tadi , nah hari berikutnya saat orang tersebut Ketika tidur lagi maka jatuh lagi sel-sel ini dan sel-sel yang kemarin (buruk) berkutu melakukan intervensi di tubuh manusia, menyebabkan penyakit , dan Ilmuwan barat untuk memecahkan masalah ini dengan mereka mencoba mencuci dengan bersih tetapi tidak berhasil.

sudah digunakan semua deterjen tetapi sel-sel berkutu ini tidak bergerak .

Salah seorang ilmuwan Barat berdiri dan mengusap bagian salah satu dari sel-sel ini dengan debu dari tangannya tiga kali dan Subhanallah.. ternyata sel-sel buruk yang mengandung kutu hilang bersukacita dunia ini telah menemukan cara untuk menghapus/menghilangkan sel-sel berkutu ini dari tempat tidur .. melalui debu dari tempat tidur tiga kali.

Mengapa kita dianjurkan utk membersihkan tempat tidur sebelum kita menidurinya…??


Share:

Kultum : Menghindari perdebatan dan saling membantah

Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun Kamu berada dipihak  yang benar dan menjauhi perkataaan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Saw bersabda.; “ Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda.”(HR.Abu Dawud dan dinilai oleh al-Albani)

Penjelasan :

1. Hindarilah berdebat
Berdebat sering kali memicu perpecahan. Karena dengan berdebat maka akan terjadi perselisihan pendapat baik dalam ucapan, bahasa tubuh hingga akhirnya berujung pada perpecahan dan permusuhan.

Berdebat akan membuang waktu dan pikiran dengan percuma. Karena setiap manusia memiliki hak untuk berpendapat yang pasti belum tentu sama maka sia sialah usaha kita untuk berusaha memaksakan kehendak ego dengan berdebat.

Berdebat bisa membuat sesuatu yang benar menjadi salah dan sesuatu yang salah menjadi benar. Karena yang menjadi pemenang dalam debat adalah mereka yang mampu memutar balikkan kata- kata, bukti, bahasa sehingga suatu yang salah seakan bisa jadi benar. Sedangkan yang namanya kebenaran itu tidak perlu untuk diperdebatkan karena tidak akan berubah kedudukan kebenaran dimata Allah SWT secerdik apapun kita mengelak, karena semua yang perbuat akan kau pertanggung jawabkan kelak di hari pembalasan.

2. Jangan berdusta walau cuma iseng atau bercanda

Dusta atau bohong dapat merugikan orang lain yang mempercayai perkataanya dan orang lain yang dibicarakan. Dusta akan menimbulkan fitnah. fitnah akan menimbulkan permusuhan dan perpecahan. karena fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku belum pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)

Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)

3. Menjadi manusia yang berakhlak mulia

Jadikanlah Al Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam berperilaku InsyAllah kau akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dan manusia yang paling baik akhlaknya adalah Rasul Muhammad SAW. maka hendaklah kita teladani ucapan, perilaku dan perbuatan beliau.
Berakhlak dengan akhlak yang mulia bukan hanya asesori pelengkap dalam agama ini. Bahkan ia menjadi sesuatu yang sangat penting hingga Allah SWT mengutus Nabi akhir zaman SAW untuk mengemban misi menyempurnakan akhlak mulia.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad)

Oleh karena kesempurnaan akhlak adalah bagian dari tujuan yang sangat penting dalam agama ini, maka memilikinya akan menempatkan seseorang dalam derajat yang sangat mulia di sisi Allah. Derajat orang-orang yang memiliki akhlak mulia adalah derajatnya orang bertakwa, dan derajat takwa adalah derajat terbaik di sisi Allah SWT.

“Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi)


“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi)
Share:

Kultum : Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada

Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik akan menghapus perbuatan buruk. Pergaulilah manusia dengan akhlak yang luhur (HR.Tarmizi)

Allah Ta’ala mensifati orang-orang bertaqwa dengan iman yaitu pokok keimanan dan aqidahnya, dengan amal-amal zhahir dan amal-amal batin yang dilakukannya, juga dengan ibadah badan, ibadah maliyah (harta), kesabaran ketika mendapati dan menghadapi musibah. Juga dengan sifat pemaaf kepada orang lain, menghilangkan gangguan, berbuat baik kepada sesama. Juga dengan semangat untuk bertaubat ketika melakukan perbuatan maksiat atau berbuat zhalim kepada diri sendiri. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun memerintahkan dan mewasiatkan untuk konsisten dalam bertaqwa, dimana pun berada, kapan pun dan dalam keadaan apapun. Karena seorang hamba senantiasa sangat-sangat dituntut untuk bertaqwa, tidak ada satu kesempatan pun ia boleh melepaskan taqwa itu.

Lalu ketika seorang hamba tidak menunaikan dengan baik apa-apa yang menjadi hak dan kewajiban taqwa, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan untuk melakukan hal yang dapat membayar dan menghapus kesalahan itu. Yaitu melakukan kebaikan (al hasanah) atas keburukan yang telah ia lakukan.

Al hasanah adalah istilah yang mencakup segala hal yang mendekatkan diri hamba kepada Allah Ta’ala. Al hasanah yang paling utama yang dapat membayar sebuah kesalahan adalah taubat nasuha, disertai istighfar dan kembali kepada Allah. Dengan berdzikir kepada-Nya, mencintai-Nya, takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan karunia-Nya setiap waktu. Dan diantara caranya adalah dengan membayar kafarah baik berupa harta atau amalan badaniyah yang telah ditentukan oleh syariat.

Selain itu, bentuk al hasanah yang dapat menebus kesalahan adalah sikap pemaaf kepada orang lain, berakhlak yang baik kepada sesama manusia, memberi solusi pada masalah mereka, memudahkan urusan-urusan mereka, mencegah bahaya dan kesulitan dari mereka. Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” (QS. Huud: 114)

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Shalat yang lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at selanjutnya, dari Ramadhan ke Ramadhan selanjutnya, semua itu menghapus dosa diantara rentang waktu tersebut selama dosa besar dijauhi”

Dan betapa banyak nash yang menyebutkan bentuk-bentuk ketaatan sebagai sebab datangnya ampunan Allah.

Dan yang dapat membuat Allah mengampuni kesalahan-kesalahan adalah musibah. Karena tidaklah seorang mukmin ditimpa musibah berupa bencana, gangguan, kesulitan, meskipun hanya berupa tusukan duri kecuali pasti jadikan hal itu sebagai kafarah atas dosa-dosanya. Musibah dapat berupa luputnya sesuatu yang disukai atau juga berupa mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik berupa pada jasad maupun pada hati, atau juga pada harta, baik yang eksternal maupun internal. Namun musibah itu bukanlah perbuatan hamba, oleh karena itu Nabi memerintahkan hal-hal yang berupa perbuatan hamba, yaitu menebus kejelekan dengan kebaikan.

Kemudian, setelah Nabi menyebutkan haq Allah dalam wasiat taqwa yang mencakup aqidah, amal batin dan amal zhahir, beliau menyebutkan:

“Bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik”

Yang paling pertama dari akhlak yang baik adalah anda tidak mengganggu orang lain dalam bentuk apapun, dan engkau pun terjaga dari gangguan dan kejelekan mereka. Setelah itu anda bermuamalah dengan mereka dengan perkataan dan perbuatan yang baik.

Lalu bentuk akhlak baik yang lebih khusus lagi adalah lemah lembut kepada orang lain, sabar terhadap gangguan mereka, tidak bosan terhadap mereka, memasang wajah yang cerah, tutur kata yang lembut, perkataan yang indah dan enak didengar lawan bicara, memberikan rasa bahagia kepada lawan bicara, yang dapat menghilangkan rasa kesepian dan kekakuan. Dan baik juga bila sesekali bercanda jika memang ada maslahah-nya, namun tidak semestinya terlalu sering melakukannya. Karena candaan dalam obrolan itu bagai garam dalam makanan, kalau kurang atau kelebihan akan jadi tercela. Termasuk akhlak yang baik juga, bermuamalah dengan orang lain sesuai yang layak baginya, dan cocok dengan keadaannya, yaitu apakah ia orang kecil, orang besar, orang pandai, orang bodoh, orang yang paham agama atau orang awam agama.

Maka, orang yang bertaqwa kepada Allah, dan menunaikan apa yang menjadi hak Allah. Lalu berakhlak kepada orang lain yang berbeda-beda tingkatannya itu dengan akhlak yang baik. Maka ia akan mendapatkan semua kebaikan. Karena ia menunaikan hak Allah dan juga hak hamba. Dan karena ia menjadi menjadi orang yang muhsinin dalam beribadah kepada Allah dan muhsinin terhadap hamba Allah.




Share:

Obat Herbal : Atasi Infeksi Saluran Kencing

Infeksi saluran kencing menjadi salah satu penyakit yang sangat dihindari. Bagaimana tidak? Merasa sakit saat buang air kecil menjadi hal yang amat menyakitkan. Banyak faktor penyebab terjadinya infeksi saluran kencing, seperti kerap menggunakan celana basah, pakaian ketat, serta hubungan seks tanpa menggunakan kondom.

Umumnya, ketika mengidap infeksi saluran kencing, Anda akan merasakan sakit di area panggul, sakit seperti terbakar ketika buang air kecil, bahkan demam dan menggigil.

1. Cranberry, Semangka, dan Ceri


Jus diuretik campuran buah-buahan segar ini mengandung vitamin dan mineral yang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh Anda. Senyawa ini dapat membantu mengurangi pertumbuhan bakteri dan mengendalikan peradangan.

2. Soda kue


Salah satu bahan pembuat kue ini dipercaya ampuh dalam mengatur kadar pH urine. Soda kue bersifat basa dan mengandung antimikroba. Anda dapat mencampurkan bahan ini dengan segelas air mineral, sehingga infeksi saluran kencing pun dapat diatasi.

3. Air kelapa dan lemon


Campuran minuman segar ini mengandung senyawa yang dapat memperkuat pertahanan tubuh. Senyawa yang terkandung dalam air kelapa dan lemon juga dipercaya dapat mengubah lingkungan yang digunakan bakteri dan virus untuk bereproduksi. Sifat diuretik dalam minuman ini dapat meningkatkan produksi urine, sehingga saluran kencing menjadi bersih.

4. Benih seledri


Benih sayuran hijau ini dipercaya memiliki antioksidan, vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh. Kandungan tersebut dipercaya membantu mengobati infeksi saluran kencing. Senyawa diuretik yang terdapat pada benih seledri dapat meningkatkan produksi urin, sehingga kandung kemih dan saluran kencing pun menjadi bersih. 

5. Birch



Birch dipercaya memiliki zat yang dikenal dengan sebutan betulin. Senyawa ini berkhasiat sebagai antiseptik dan anti inflamasi. Birch pun mengandung banyak vitamin C, minyak esensial dan flavonoid. Kandungan tersebut dapat menyerap racun dan mempermudah pengendalian kandung kemih serta saluran kencing.


Selamat Mencoba..., semoga sehat selalu
jangan lupa bagikan ke teman - teman kamu, karena

"BERBAGI ITU INDAH"
Share:

Kultum : Kembalikan Perkara kepada AlQuran dan as-Sunnah

Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Al-Quran dan as-sunnah.
Karena Allah Swt telah berfirman :

“Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu makan kembalikanlah ia kepada Allah Swt (Al’Quran) dan Rasul (as-Sunnah).” (An-Nisa;59)

Kemudian Allah memerintahkan agar mengembalikan segala perkara yang diperselisihkan oleh manusia dari perkara-perkara yang merupakan dasar-dasar agama ataupun cabang-cabangnya kepada Allah dan RasulNya, maksudnya kepada kitabullah dan sunnah RasulNya, karena pada kedua hal itu ada keputusan yang adil bagi seluruh masalah yang diperselisihkan, yaitu dengan pengukapannya secara jelas oleh keduanya atau secara umum atau isyarat atau peringatan atau pemahaman atau keumuman makna yang dapat diqiyaskan dengannya segala hal yang sejenis dengan keumuman makna tersebut, karena sesungguhnya diatas kitabullah dan sunnah RasulNya agama tegak berdiri, dan tidaklah akan lurus iman seseorang kecuali dengan mengimani keduanya.

Al-quran menjelaskan bahwa konflik dan sengketa yang terjadi di kalangan umat manusia adalah suatu realitas, manusia sebagai khalifah-Nya di bumi dituntut untuk menyelesaikan sengketa, karena manusia dibekali akal dan wahyu dalam menata kehidupannya. Manusia harus mencari dan menemukan pola penyelesaian sengketa sehingga penegakan keadilan dapat terwujud. Pola penyelesaian sengketa dapat dirumuskan manusia dengan merujuk pada sejumlah ayat Al-quran, hadis Nabi, praktek adat dan berbagai kearifan lokal. Kolaborasi dari sumber ini akan memudahkan manusia mewujudkan kedamaian dan keadilan.

Islam telah menganjurkan musyawarah dan memerintahkannya dalam banyak ayat dalam al-Qur’an, ia menjadikannya sesuatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan negara serta menjadi elemen penting dalam kehidupan umat, ia disebutkan dalam sifat-sifat dasar orang-orang beriman dimana keIslaman dan keimanan mereka tidak sempurna kecuali dengannya, ini disebutkan dalam surat khusus. 

Allah berfirman:

Dan (bagi) orang-orang yg menerima (mematuhi) seruan Tuhannya & mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (as-Syura: 38).

Mengembalikan kepada Allah dan Rasulullah pasti akan menghilangkan segala perbedaan pendapat dan menyelesaikan segala perselisihan dan persengketaan. Kalau tidak, berarti perintah Allah tersebut dusta dan menyesatkan. Karena berarti Allah memerintahkan untuk mengembalikan perbedaan pendapat kepada pihak yang tidak bisa menyelesaikan perselisihan, Maha Tinggi Allah atas hal itu dengan ketinggian yang besar.

Oleh karena itu harus diyakini, Al-Qur'an dan As-Sunnah pasti bisa menyelesaikan segala perbedaan pendapat dan perselisihan. Yang ragu akan hal ini hanyalah orang yang kebodohannya bertumpuk-tumpuk atau orang kafir. Jadi, jika masing-masing pihak yang berbeda pendapat dalam suatu masalah benar-benar mengembalikan perbedaan pendapat tersebut kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah pasti akan ditemukan kesimpulan sama yang akan menghilangkan perbedaan pendapat tersebut]. 

Berikutnya, insya Allah persatuan umat Islam akan lebih mudah terwujud.

Sehingga, kalau sudah dikembalikan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah kok ternyata belum ditemukan titik temu maka perlu diingat, ada kaidah yang harus diterapkan ketika berdalil dengan suatu ayat Al-Qur'an atau suatu hadits shahih







Share:

Kultum : Dua Mata Yang Diharamkan Dari Api Neraka

“Dua mata yang diharamkan dari api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang menjaga serta mengawasi Islam dan umatnya dari (gangguan) kaum kafir”. (HR.Bukhari)

Mata yang menangis karena takut kepada Allah

Jenis mata yang pertama ini tidak dimiliki oleh semua orang. Orang yang memiliki mata ini  tidak akan mampu meneteskan air matanya, kecuali bila jiwanya bersih, ruh dan hatinya jernih diiringi dengan rasa takut kepada Allah SWT, yang demikian ini akan memudahkan mengalirnya air mata takwa, bukan air mata palsu yang penuh dengan kepura-puraan.

Menangis karena takut kepada Allah adalah diantara sifat orang-orang Mukmin. Dan orang yang tidak mampu untuk menetekan air matanya karena takut kepada Allah adalah orang memiliki hati yang sangat keras, hati yang sangat keras ini disebabkan karena banyaknya dosa, dan banyaknya dosa diantaranya disebabkan dari makanan yang dimakan dengan cara yang tidaka hala alias haram, memakan makanan yang haram karena  lupa akan kematian, lupa akan kematian karena terlalu jauh berangan-angan, panjang angan-angan kerena cinta dunia, dan cinta dunia pangkal dari segala kekeliruan.

Allah SWT memuji orang-orang suka menangis karena takut kepada-Nya, demikian Allah SWT berfirman dalam Al-Quran :

 “Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu”. (QS. Al-Isra : 107-109)

Menangis karena takut kepada Allah SWT memiliki keutamaan yang sangat agung di sisi Allah SWT :

Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, hingga susu kembali ke payudara”. (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)
Abdullah bin Umar RA berkata : “Aku menangis karena takut kepada Allah lebih aku sukai dari pada aku berinfaq sebesar seribu dinar”.

Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada sesuatu yang lebih Allah sukai selain dua tetes dan dua jejak, tetesan air mata karena takut kepada Allah,  da tetesan darah yang mengalir di jalan Allah ….”.(HR. Tirmidzi)

Mata yang bermalam dalam rangka berjaga di jalan Allah
Jenis mata yang kedua ini juga tidak akan disentuh api neraka, karena dia menjalankan tugas mulia untuk terus melek dalam rangka fi sabilillah. Demikian sebagaimana di sebutkan dalam hadits di atas.

Dua mata ini pula yang pada hari kiamat kelak akan mendapatkan suatu naungan yang tidak akan ada naungan melainkan hanya naungan Allah SWT.

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan imam Muslim disebutkan bahwa ada tujuh golongan manusia yang Allah SWT naungi dengan naugan-Nya di hari yang tidak ada lagi naungan melainkan hanya naungan-Nya, diantaranya adalah : “…dan seseorang yang mengingat Allah saat menyendiri lalu kedua matanya meneteskan air mata”. (HR. Bukhari & Muslim)

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa jenis menangis : "Menangis karena takut, menangis kasih sayang, Menangis karena cinta dan rindu, menangis karena senag dan bahagia, menangis kerena nifaq".

Manfaat dan keutamaan menangis karena Allah SWT:

Pertama -> Menangis akan melahirkan hati yang lembut.
Kedua -> Menangis adalah diantara ciri-ciri orang shalih.
Ketiga -> Menangis adalah diantara sifat orang-orang yang khusyuk yang akan menghuni surga.

Keempat -> Menangis adalah jalan untuk memperoleh keridhaan dan kecintaan Allah SWT.
Share:

Kultum : Jangan Saling Dengki Dan Iri

“Jangan saling dengki dan iri dan jangan pula mengintai keburikan orang lain, Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan. Jangan menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara . Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, yang tidak akan menzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya dan tidak merendahkannya.
Letaknya  takwa ada disini Nabi Saw ( Menunjuk dadanya sampai tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan saudaranya sessama muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya. “(HR.Bukhari)

Penjelasannya :
Perasaaan dengki ini, manusia terbagi menjadi beberapa kelompok :

KELOMPOK PERTAMA
1. yang berusaha menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang yang didengki dengan berbuat zhalim kepadanya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Kemudian berusaha mengalihkan kenikmatan tersebut kepada dirinya.

2. yang berusaha menghilangkan kenikmatan dari orang yang ia dengki tanpa menginginkan nikmat itu berpindah kepadanya. Ini merupakan dengki paling buruk dan paling jelek.

Ini adalah dengki yang tercela, dilarang dan merupakan dosa iblis yang dengki kepada Nabi Adam Alaihissallam ketika melihat beliau mengungguli para malaikat, karena Allâh menciptakan beliau dengan tangan-Nya sendiri, menyuruh para malaikat sujud kepada beliau, mengajarkan nama segala hal kepada beliau, dan menempatkan beliau di dekat-Nya. Iblis tidak henti-hentinya berusaha mengeluarkan Nabi Adam Alaihissallam dari surga hingga akhirnya beliau dikeluarkan darinya.

Sifat dengki seperti inilah yang melekat pada orang-orang yahudi. Allâh Azza wa Jalla menjelaskan dalam banyak ayat al-Qur’ân tentang hal itu. Seperti firman-Nya :

Banyak diantara ahli kitab yang ingin sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam hati mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka…” [al-Baqarah/2:109]

Atau firman Allâh Azza wa Jalla :
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allâh kepadanya ? [an-Nisâ’/4:54]

Imam Ahmad rahimahullah dan at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwâm Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :

Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.”

KELOMPOK KEDUA
Kelompok ini, jika dengki kepada orang lain, mereka tidak menuruti perasaan dengkinya dan tidak berbuat zhalim kepada orang yang ia dengki, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Mereka ini terbagi dalam dua jenis :

1. Yang tidak kuasa memupus rasa dengki dari hatinya. Perasaan ini telah menguasai dirinya. Orang yang seperti ini tidak berdosa.

2. Yang sengaja memunculkan kedengkian pada dirinya, mengulangi lagi. Ini dilakukan berulang kali disertai harapan kenikmatan yang melekat pada orang yang didengki sirna. Dengki seperti ini mirip dengan azam (tekad) untuk melakukan kemaksiatan. Dengki seperti ini kecil kemungkinan terhindar dari perbuatan zhalim terhadap yang ia dengki, kendati hanya dengan perkataan. Dengan prilakunya yang zhalim ia berhak mendapatkan dosa.

KELOMPOK KETIGA
Kelompok ini, jika dengki, ia tidak mengharapkan nikmat orang yang ada pada orang yang didengki itu hilang, namun ia berusaha mendapatkan kenikmatan yang sama dan ingin seperti dia. Jika kenikmatan yang dikejarnya adalah kenikmatan dunia, maka itu tidak ada nilai kebaikannya, seperti perkataan orang-orang yang mabuk dunia, “…Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun…” (al-Qashash/28:79). Jika nikmat yang dikejar itu nikmat akhirat, maka itu baik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang : Orang yang diberi al-Qur’ân oleh Allâh kemudian ia melaksanakannya di pertengahan malam dan pertengahan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allâh kemudian ia menginfakkannya di pertengahan malam dan pertengahan siang.[2]

Dengki seperti ini dinamakan ghibthah.

KELOMPOK KEEMPAT
Kelompok ini, jika mendapati sifat dengki pada dirinya, ia berusaha memusnahkannya, berbuat baik kepada yang didengki, mendo’akannya dan menceritakan kelebihan-kelebihan orang yang didengki. Dia tidak hanya berusaha menghilangkan rasa dengki pada dirinya namun dia juga berusaha menggantikannya dengan rasa senang melihat saudaranya lebih baik lagi. Ini termasuk derajat iman tertinggi. Orang yang seperti ini adalah mukmin sejati yang mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.[3] 
  
Seorang Muslim dan Muslimah tidak boleh dengki. Karena ia adalah sifat tercela, sifat orang-orang Yahudi dan dapat merusak amal. Allâh Subhanahu wa Ta’ala melarang manusia mengharapkan segala kelebihan dan keutamaan yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada orang lain. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang dilebihkan Allâh kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allâh sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu. [an-Nisâ’/4:32]

DAMPAK BURUK DARI SIKAP HASAD
Dengan hasad berarti dia membenci apa yang telah Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Karena, benci kepada nikmat yang Allâh berikan kepada orang lain berarti benci terhadap ketentuan Allâh Subhanahu wa Ta’ala .
Hasad akan menghapus kebaikan-kebaikannya sebagaimana api menghabiskan kayu bakar.

Hati orang yang hasad akan selalu merasa sedih dan susah. Setiap kali melihat nikmat Allâh Azza wa Jalla atas orang yang ia dengki, ia akan berduka dan susah dan begitu seterusnya.

Hasad berarti menyerupai orang Yahudi. Padalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka[5]

Bagaimanapun kuatnya hasad, itu tidak akan menghilangkan nikmat Allâh Azza wa Jalla dari orang lain.

Hasad dapat menghilangkan kesempurnaan iman, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Tidak sempurna iman seseorang dari kalian hingga ia menyukai bagi saudaranya apa yang ia sukai bagi dirinya [6]

Hasad dapat melalaikan seseorang dari memohon nikmat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .

Hasad dapat menyebabkan dirinya meremehkan nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang ada pada dirinya.

Hasad, akhlak tercela, karena ia selalu memantau nikmat Allâh pada orang lain dan berusaha menghalanginya dari manusia.

Jika orang yang hasad (dengki) sampai bertindak zhalim kepada yang didengki, maka yang didengki itu akan mengambil kebaikan-kebaikannya pada hari kiamat.
Share:

Kultum : Allah Ta’ala Tidak Memandang Postur Tubuhmu

Sungguh Allah Ta’ala tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Allah memandang hatimu. Barangsiapa memiliki hati yang saleh, niscaya Allah akan menyukainya. Bani Adam yang paling dicintai Allah ialah yang paling takwa. (HR.Ath-TAbrani dan Muslim)

Penjelasan

Berapa banyak dari manusia yang memiliki banyak harta, mempunyai kecantikan dan ketampanan rupa dan menduduki jabatan yang tinggi, akan tetapi hatinya kosong dari ketakwaan dan keikhlasan serta tidak memiliki amal sholeh. Dan sebaliknya, berapa banyak dari manusia yang miskin papa, hidup seadanya, rupa tidak bisa diandalkan, tapi ia di sisi Allah mempunyai nilai dan posisi yang tinggi lagi mulia. Allah  berfirman

 “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujarat: 13)

Oleh karena itu, kekayaan, rupa yang menarik dan kedudukan yang tinggi tidak akan bermanfaat sedikitpun bagi seseorang di akhirat nanti, jika ia tidak melaksanakan ketaatan kepada Allah  dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya. Dan diantara amalan hati yang paling agung adalah keikhlasan kepada Allah  dalam beramal.

Tidak ada hubungan antara Allah dan hamba-Nya, kecuali dengan takwa. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia lebih dekat kepada-Nya dan lebih mulia di sisi-Nya. Maka dari itu, janganlah kamu membanggakan hartamu, kecantikanmu, keindahan tubuhmu, anak-anakmu, istana-istanamu, mobil-mobilmu dan kekayaan dunia lainnya sama sekali, tetapi jika kamu di samping kaya juga mempunyai ketakwaan yang kuat, maka itu merupakan karunia terbesar dari sisi Allah, karena itu pujilah Allah atasnya.

Niat adalah pondasi. Jika Anda mendapati dua orang yang sedang shalat bersama-sama di shaf yang sama dan mengikuti imam yang sama, tetapi nilai shalat mereka bisa jadi jauh berbeda seperti antara barat dan timur, karena hati mereka berbeda. Yang satu hatinya lalai bahkan mungkin terbersit riya’ di dalam shalatnya serta menghendaki keuntungan dunia, sedangkan satunya hatinya hadir yang dengan shalatnya dia ingin mencari keridhaan Allah dan mengikuti sunah Rasul-Nya.

Bersihkan hatimu dengan mengatakan kepada dirimu sendiri, “Sesungguhnya jika aku berbuat maksiat kepada Allah, manusia tidak akan bisa memberi manfaat apa-apa kepadaku dan mereka tidak akan bisa menyelamatkanku dari siksa. Tetapi jika aku menaati perintah Allah, mereka tidak akan bisa memberiku pahala.”

Hanya Allah-lah yang memberi pahala dan menahan siksa.’ Jika masalahnya seperti itu, mengapa kamu berbuat syirik kepada Allah? Mengapa kamu berniat dengan ibadahmu untuk mendekatkan diri kepada makhluk.Maka dari itu, siapa yang mendekatkan diri kepada makhluk dengan sesuatu yang dengannya dia mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah dan manusia akan menjauh darinya.




Share:

Kultum : Jauhilah Kezhaliman (Kegelapan Pada Hari Kiamat)

“Jauhilah kezaliman, karena kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Jauhilah kekikirran, karena kekikiran  telah membinasakan orang-orang sebelum kamu, mereka saling membunuh dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan.” (HR.Bukhari)

Penjelasanya:

Banyak bentuk kezhaliman yang berlaku di dunia ini, yaitu tidak jauh dari definisinya ; “menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Betapa banyak orang-orang yang seenaknya berbuat dan bertindak sewenang-wenang. Sebagai contoh: Sang suami sewenang-wenang terhadap isterinya; memperlakukannya dengan kasar, menceraikannya tanpa sebab, menelantarkannya dengan tidak memberinya nafkah baik lahir maupun batin. Sang pemimpin sewenang-wenang terhadap rakyat yang dipimpinnya; diktator, tangan besi, berhukum kepada selain hukum Allah, loyal terhadap musuh-musuh Allah, tidak menerima nasehat, korupsi dan sebagainya.


Tetangga berbuat semaunya terhadap tetangganya yang lain; membuat bising telinganya dengan suara tape yang keras dan lagu-lagu yang menggila, menguping rahasia rumah tangganya, usil, membicarakan kejelekannya dari belakang, mengadu domba antar tetangga dan yang juga banyak sekali terjadi adalah mencaplok tanahnya tanpa hak, berapapun ukurannya. Dan banyak lagi gambaran-gambaran lain yang ternyata hampir semuanya dapat dikategorikan “perbuatan zhalim” karena “menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”.

Maka, bagi mereka yang pernah berbuat zhalim terhadap orang lain – sebab rasanya sulit mendapatkan orang yang terselamatkan darinya sebagaimana yang pernah disalahtafsirkan oleh para shahabat terkait dengan makna kezhaliman dalam ayat :

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q,.s. al-An’âm/6: 82).

Mereka secara spontan, begitu ayat tersebut turun dan sebelum mengetahui makna dari ‘kezhaliman’ yang sebenarnya berkomentar: “Wahai Rasulullah! siapa gerangan diantara kita yang tidak berbuat zhalim terhadap dirinya?”. Tetapi, pemahaman ini kemudian diluruskan oleh Rasulullah dengan menyatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya yang lain:

“Sesungguhnya syirik itu merupakan kezhaliman yang besar” (Q.,s. Luqmân/31: 13)

maka hendaknya mereka segera meminta ma’af kepada yang bersangkutan dan memintanya menghalalkan atas semua yang telah terjadi selagi belum berpisah tempat dan sulit bertemu kembali dengannya serta selama masih di dunia.
  
Hanya keterkaitan dalam kezhaliman terhadap sesama makhluk ini yang tidak dapat ditebus dengan taubat sekalipun. Taubat kepada Khaliq berkaitan dengan hak-hak-Nya; maka, Dia akan menerimanya bila benar-benar taubat nashuh tetapi bila terkait dengan sesama makhluq, maka hal itu terpulang kepada yang bersangkutan dan harus diselesaikan terlebih dahulu dengannya ; apakah dia mema’afkan dan menghalalkan kezhaliman yang terlah terjadi atasnya atau tidak.

Definisi kezhaliman (azh-Zhulm)

Kata “azh-Zhulm” berasal dari fi’l (kata kerja) “zhalama – yazhlimu” yang berarti “Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Dalam hal ini sepadan dengan kata “al-Jawr”.

Demikian juga definisi yang dinukil oleh Syaikh Ibnu Rajab dari kebanyakan para ulama. Dalam hal ini, ia adalah lawan dari kata al-‘Adl (keadilan)

Hadits diatas dan semisalnya merupakan dalil atas keharaman perbuatan zhalim dan mencakup semua bentuk kezhaliman, yang paling besarnya adalah syirik kepada Allah Ta’âla sebagaimana di dalam firman-Nya: “Sesungguhnya syirik itu merupakan kezhaliman yang besar”.

Di dalam hadits Qudsiy, Allah Ta’âla berfirman: “Wahai hamba-hambaku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman terhadap diriku dan menjadikannya diharamkan antara kalian”.

Ayat-ayat dan hadits-hadits serta atsar-atsar tentang keharaman perbuatan zhalim dan penjelasan tentang keburukannya banyak sekali.

Oleh karena itu, hadits diatas memperingatkan manusia dari perbuatan zhalim, memerintahkan mereka agar menghindari dan menjauhinya karena akibatnya amat berbahaya, yaitu ia akan menjadi kegelapan yang berlipat di hari Kiamat kelak.

Ketika itu, kaum Mukminin berjalan dengan dipancari oleh sinar keimanan sembari berkata: “Wahai Rabb kami! Sempurnakanlah cahaya bagi kami”. Sedangkan orang-orang yang berbuat zhalim terhadap Rabb mereka dengan perbuatan syirik, terhadap diri mereka dengan perbuatan-perbuatan maksiat atau terhadap selain mereka dengan bertindak sewenang-wenang terhadap darah, harta atau kehormatan mereka; maka mereka itu akan berjalan di tengah kegelapan yang teramat sangat sehingga tidak dapat melihat arah jalan sama sekali.

Klasifikasi Kezhaliman

Syaikh Ibn Rajab berkata: “Kezhaliman terbagi kepada dua jenis: Pertama, kezhaliman seorang hamba terhadap diri sendiri :  

Bentuk paling besar dan berbahaya dari jenis ini adalah syirik sebab orang yang berbuat kesyirikan menjadikan makhluk sederajat dengan Khaliq. Dengan demikian, dia telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Jenis berikutnya adalah perbuatan-perbuatan maksiat dengan berbagai macamnya; besar maupun kecil.

Kedua, kezhaliman yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap orang lain, baik terkait dengan jiwa, harta atau kehormatan.

Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam telah bersabda ketika berkhuthbah di haji Wada’ : “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini, di bulan haram kalian ini dan di negeri (tanah) haram kalian ini”.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang pernah terzhalimi oleh saudaranya, maka hendaklah memintakan penghalalan (ma’af) atasnya sebelum kebaikan-kebaikannya (kelak) akan diambil (dikurangi); Bila dia tidak memiliki kebaikan, maka kejelekan-kejelekan saudaranya tersebut akan diambil lantas dilimpahkan (diberikan) kepadanya”.

Ibnu al-Jauziy menyatakan: “kezhaliman mengandung dua kemaksiatan: mengambil milik orang lain tanpa hak, dan menentang Rabb dengan melanggar ajaran-Nya… Ia juga terjadi akibat kegelapan hati seseorang sebab bila hatinya dipenuhi oleh cahaya hidayah tentu akan mudah mengambil i’tibar (pelajaran)”.

Terapi kezhaliman

Mencari sebab hidayah sehingga hatinya tidak gelap lagi dan mudah mengambil pelajaran

Mengetahui bahaya dan akibat dari perbuatan tersebut baik di dunia maupun di akhirat dengan belajar ilmu agama

Meminta ma’af dan penghalalan kepada orang yang bersangkutan selagi masih hidup, bila hal ini tidak menimbulkan akibat yang lebih fatal seperti dia akan lebih marah dan tidak pernah mau menerima, dst. Maka sebagai gantinya, menurut ulama, adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya

Membaca riwayat-riwayat hidup dari orang-orang yang berbuat zhalim sebagai pelajaran dan i’tibar sebab kebanyakan kisah-kisah, terutama di dalam al-Qur’an yang harus kita ambil pelajarannya adalah mereka yang berbuat zhalim, baik terhadap dirinya sendiri atau terhadap orang lain.

Kikir/Bakhil 

Hadits tersebut (hadits kedua) memberikan peringatan terhadap perbuatan kikir dan bakhil karena merupakan sebab binasanya umat-umat terdahulu. Ketamakan terhadap harta menggiring mereka bertindak sewenang-wenang terhadap harta orang lain sehingga terjadilah banyak peperangan dan fitnah yang berakibat kebinasaan mereka dan penghalalan terhadap isteri-isteri mereka. Kebinasaan seperti ini baru mereka alami di dunia . 

Belum lagi di akhirat dimana tindakan sewenang-wenang terhadap harta orang lain, terhadap isteri-isterinya dan menumpahkan darahnya merupakan kezhaliman yang paling besar dan dosa yang teramat besar. Perbuatan-perbuatan maksiat inilah yang merupakan sebab kebinasaan di akhirat dan mendapat azab neraka.
Share:

SELAMAT DATANG

Translate

ARTIKEL POPULER

Artikel Bermanfaat Bagi Kehidupan

POSTINGAN TERBARU

Analisa GOLD 26 Nopember 2021

mari kita simak XAUUSD dalam 1 Jam untuk menentukan Level harga Support dan Resistance intraday berikut: Resistance2 (R2) : 1812...

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Label Clouds