“Jangan saling dengki dan iri dan jangan pula mengintai keburikan
orang lain, Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan. Jangan menawar
lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara . Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, yang tidak akan
menzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya dan tidak
merendahkannya.
Letaknya takwa ada disini
Nabi Saw ( Menunjuk dadanya sampai tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila
merendahkan saudaranya sessama muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah,
merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya. “(HR.Bukhari)
Penjelasannya :
Perasaaan dengki ini, manusia terbagi menjadi beberapa kelompok :
KELOMPOK PERTAMA
1. yang berusaha menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang yang
didengki dengan berbuat zhalim kepadanya, baik dengan perkataan maupun
perbuatan. Kemudian berusaha mengalihkan kenikmatan tersebut kepada dirinya.
2. yang berusaha menghilangkan kenikmatan dari orang yang ia dengki
tanpa menginginkan nikmat itu berpindah kepadanya. Ini merupakan dengki paling
buruk dan paling jelek.
Ini adalah dengki yang tercela, dilarang dan merupakan dosa iblis yang
dengki kepada Nabi Adam Alaihissallam ketika melihat beliau mengungguli para
malaikat, karena Allâh menciptakan beliau dengan tangan-Nya sendiri, menyuruh
para malaikat sujud kepada beliau, mengajarkan nama segala hal kepada beliau,
dan menempatkan beliau di dekat-Nya. Iblis tidak henti-hentinya berusaha
mengeluarkan Nabi Adam Alaihissallam dari surga hingga akhirnya beliau
dikeluarkan darinya.
Sifat dengki seperti inilah yang melekat pada orang-orang yahudi.
Allâh Azza wa Jalla menjelaskan dalam banyak ayat al-Qur’ân tentang hal itu.
Seperti firman-Nya :
Banyak diantara ahli kitab yang ingin sekiranya mereka dapat
mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa
dengki dalam hati mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka…”
[al-Baqarah/2:109]
Atau firman Allâh Azza wa Jalla :
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang
telah diberikan Allâh kepadanya ? [an-Nisâ’/4:54]
Imam Ahmad rahimahullah dan at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan
hadits dari az-Zubair bin al-Awwâm Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam , beliau bersabda :
Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki
dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut.
Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga
kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian
kerjakan maka kalian saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.”
KELOMPOK KEDUA
Kelompok ini, jika dengki kepada orang lain, mereka tidak menuruti
perasaan dengkinya dan tidak berbuat zhalim kepada orang yang ia dengki, baik
dengan perkataan maupun perbuatan. Mereka ini terbagi dalam dua jenis :
1. Yang tidak kuasa memupus rasa dengki dari hatinya. Perasaan ini
telah menguasai dirinya. Orang yang seperti ini tidak berdosa.
2. Yang sengaja memunculkan kedengkian pada dirinya, mengulangi lagi.
Ini dilakukan berulang kali disertai harapan kenikmatan yang melekat pada orang
yang didengki sirna. Dengki seperti ini mirip dengan azam (tekad) untuk
melakukan kemaksiatan. Dengki seperti ini kecil kemungkinan terhindar dari
perbuatan zhalim terhadap yang ia dengki, kendati hanya dengan perkataan.
Dengan prilakunya yang zhalim ia berhak mendapatkan dosa.
KELOMPOK KETIGA
Kelompok ini, jika dengki, ia tidak mengharapkan nikmat orang yang ada
pada orang yang didengki itu hilang, namun ia berusaha mendapatkan kenikmatan
yang sama dan ingin seperti dia. Jika kenikmatan yang dikejarnya adalah
kenikmatan dunia, maka itu tidak ada nilai kebaikannya, seperti perkataan
orang-orang yang mabuk dunia, “…Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan
seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun…” (al-Qashash/28:79). Jika nikmat
yang dikejar itu nikmat akhirat, maka itu baik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang : Orang yang diberi
al-Qur’ân oleh Allâh kemudian ia melaksanakannya di pertengahan malam dan
pertengahan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allâh kemudian ia
menginfakkannya di pertengahan malam dan pertengahan siang.[2]
Dengki seperti ini dinamakan ghibthah.
KELOMPOK KEEMPAT
Kelompok ini, jika mendapati sifat dengki pada dirinya, ia berusaha
memusnahkannya, berbuat baik kepada yang didengki, mendo’akannya dan
menceritakan kelebihan-kelebihan orang yang didengki. Dia tidak hanya berusaha
menghilangkan rasa dengki pada dirinya namun dia juga berusaha menggantikannya
dengan rasa senang melihat saudaranya lebih baik lagi. Ini termasuk derajat
iman tertinggi. Orang yang seperti ini adalah mukmin sejati yang mencintai
untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.[3]
Seorang Muslim dan Muslimah tidak boleh dengki. Karena ia adalah sifat
tercela, sifat orang-orang Yahudi dan dapat merusak amal. Allâh Subhanahu wa
Ta’ala melarang manusia mengharapkan segala kelebihan dan keutamaan yang Allâh
Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada orang lain. Allâh Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang dilebihkan Allâh
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari
apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allâh sebagian dari karunia-Nya.
Sungguh Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu. [an-Nisâ’/4:32]
DAMPAK BURUK DARI SIKAP HASAD
Dengan hasad berarti dia membenci apa yang telah Allâh Azza wa Jalla
tetapkan. Karena, benci kepada nikmat yang Allâh berikan kepada orang lain
berarti benci terhadap ketentuan Allâh Subhanahu wa Ta’ala .
Hasad akan menghapus kebaikan-kebaikannya sebagaimana api menghabiskan
kayu bakar.
Hasad berarti menyerupai orang Yahudi. Padalah Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum,
maka ia termasuk golongan mereka[5]
Bagaimanapun kuatnya hasad, itu tidak akan menghilangkan nikmat Allâh
Azza wa Jalla dari orang lain.
Hasad dapat menghilangkan kesempurnaan iman, berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Tidak sempurna iman seseorang dari kalian hingga ia menyukai bagi
saudaranya apa yang ia sukai bagi dirinya [6]
Hasad dapat melalaikan seseorang dari memohon nikmat kepada Allâh
Subhanahu wa Ta’ala .
Hasad dapat menyebabkan dirinya meremehkan nikmat Allâh Subhanahu wa
Ta’ala yang ada pada dirinya.
Hasad, akhlak tercela, karena ia selalu memantau nikmat Allâh pada
orang lain dan berusaha menghalanginya dari manusia.
Jika orang yang hasad (dengki) sampai bertindak zhalim kepada yang didengki,
maka yang didengki itu akan mengambil kebaikan-kebaikannya pada hari kiamat.