Sesungguhnya
Alla Ta’Alla menjadikan dunia atas tiga bagian; sebagian bagi mukminin,
sebagian bagi orang munafik, sebagian bagi orang kafir. Maka orang mukminin
menyiapkan perbekalan, orang munafik menjadikannya perhiasan, dan orang kafir
menjadikannya tempat bersenang-senang. (Abdullah Bin Abbas)
Dalam al-Qur’ân, Allâh Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang Mukmin
yaitu orang yang mengakui dan mengimani semua pokok akidah, menginginkan dan
melakukan apa Allâh Azza wa Jalla sukai dan ridhai, meninggalkan semua
perbuatan maksiat dan bergegas untuk bertaubat dari perbuatan dosa yang dia
lakukan. Allâh Azza wa Jalla juga menyebutkan bahwa keimanan mereka memberikan
dampak positif pada akhlak, perkataan dan tindak-tanduk mereka.
Allâh Azza wa Jalla telah menyebutkan sifat kaum Mukminin itu yaitu
yang beriman kepada semua rukun iman, mendengar dan taat serta patuh, baik
secara lahir maupun batin. Allâh Azza wa Jalla juga menyebutkan sifat mereka
yang lain dalam firman-Nya :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allâh , gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya keiman
mereka bertambah, dan hanya kepada Rabblah mereka bertawakkal. (Yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Rabb mereka dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. [al-Anfâl/8:2-4]
Sifat-sifat lain yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan yaitu jika
mendengar ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla dan mengingat Allâh Azza wa Jalla
mereka gemetar, menangis namun hati mereka lembut dan tenang; mereka senantiasa
takut kepada Rabb mereka; khusyu’ dalam shalat, menjauh dari perbuatan sia-sia,
menunaikan zakat, menjaga kemaluan, memberikan persaksian yang benar dan menunaikan
amanah.
Allâh Azza wa Jalla juga menyatakan bahwa diantara sifat kaum Mukminin
adalah yakin dengan sepenuh hati tanpa ada ragu sedikitpun, berjihad di jalan
Allâh Azza wa Jalla dengan harta dan jiwa raga mereka dan mereka ikhlas dalam
semua perbuatan mereka, cinta kepada sesama kaum Mukminin, mendoakan kebaikan
untuk kaum Mukminin di masa lalu dan yang akan datang, berusaha menghilangkan
kebencian terhadap kaum Muslimin dari hati mereka, senantiasa loyal kepada
Allâh Azza wa Jalla , Rasul-Nya dan kaum Muslimin serta berlepas diri dari
semua musuh Islam, menyuruh melakukan yang ma’ruf dan meninggalkan kemungkaran
dan mereka senantiasa taat kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya dalam
segala kondisi.
Inilah di antara sifat Mukmin sejati. Dalam diri mereka berpadu antara
akidah yang benar, keyakinan yang sempurna dan keinginan kuat untuk senantiasa
bertaubat. Ini semua melahirkan sikap patuh untuk melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan.
Semua sifat ini merupakan sifat Mukmin sejati yang akan terhindar dari
siksa Allâh Azza wa Jalla , yang berhak mendapatkan pahala serta berhak meraih
semua kebaikan yang merupakan buah dari keimanan.
Setelah mengetahui sifat-sifat ini, seyogyanya bagi seorang Mukmin
mengintrospeksi dan melihat dirinya, sudahkah dia memiliki sifat ini? Jika
sudah, sudahkah sifat-sifat terpuji ini sempurna ataukah masih banyak
kekurangannya? Introspeksi seperti ini sangat urgens untuk memacu semangat
memperbaiki diri. Kalau sebatas mengetahui sifat-sifat terpuji yang merupakan
kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat ini tanpa ada tindak-lanjut dengan
menilai diri, maka alangkah ruginya. Sebab, dengan menilai diri, dia akan
mengetahui kekurangan-kekurangannya sehingga terpacu untuk menyempurnakannya
dengan bertaubat dan istighfâr. Inilah yang menyebabkan proses introspeksi ini
menjadi penting. Karena semua yang dijanjikan untuk kaum Mukminin itu akan bisa
diraih hanya dengan iman yang sempurna.
Allâh Azza wa Jalla telah menetapkan lebih dari seratus kebaikan yang
bisa diraih dengan iman. Nilai satu kebaikan melebihi nilai dunia dan seisinya.
Diantara kebaikan yang bisa diraih dengan keimanan yaitu ridha Allâh Azza wa
Jalla yang merupakan karunia tertinggi. Iman juga bisa menyebabkan seseorang
masuk surga, selamat dari siksa neraka, terhindar dari siksa kubur, terhindar
dari berbagai kesulitan pada hari Kiamat, gembira di dunia dan akhirat, teguh
dalam keimanan di dunia dan istiqamah dalam ketaatan dan ketika meninggal dan
dikubur tetap diatas iman, tauhid dan bisa menjawab dengan benar.
Dengan iman seseorang bisa meraih kehidupan yang baik di dunia, rizki,
kebaikan, kemudahan, terhindar dari berbagai kesulitan, ketenangan hati dan
jiwa, qana’ah, hidup nyaman, anak keturunan yang baik dan menjadikan mereka
sebagai penghibur bagi seorang mukmin, sabar ketika mendapat ujian dan musibah.
Dengan sebab keimanan, Allâh Azza wa Jalla menghilangkan berbagai
beban dari kaum Mukminin, melindungi mereka dari berbagai keburukan, menolong
mereka dalam menghadapi musuh, tidak menyiksa kaum Mukminin yang lupa, yang
tidak tahu dan yang keliru. Allâh tidak memberikan beban kepada mereka bahkan
Allâh Azza wa Jalla menghilangkannya dan tidak membebankan kepada mereka
sesuatu diluar batas kemampuan mereka.
Dengan sebab iman, Allâh mengampuni dosa-dosa kaum Mukminin dan
memberikan taufik kepada mereka untuk segera bertaubat.
No comments:
Post a Comment