Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan ikutilah perbuatan
buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik akan menghapus perbuatan
buruk. Pergaulilah manusia dengan akhlak yang luhur (HR.Tarmizi)
Allah Ta’ala mensifati orang-orang bertaqwa dengan iman yaitu pokok
keimanan dan aqidahnya, dengan amal-amal zhahir dan amal-amal batin yang
dilakukannya, juga dengan ibadah badan, ibadah maliyah (harta), kesabaran
ketika mendapati dan menghadapi musibah. Juga dengan sifat pemaaf kepada orang
lain, menghilangkan gangguan, berbuat baik kepada sesama. Juga dengan semangat
untuk bertaubat ketika melakukan perbuatan maksiat atau berbuat zhalim kepada
diri sendiri. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun memerintahkan dan
mewasiatkan untuk konsisten dalam bertaqwa, dimana pun berada, kapan pun dan
dalam keadaan apapun. Karena seorang hamba senantiasa sangat-sangat dituntut
untuk bertaqwa, tidak ada satu kesempatan pun ia boleh melepaskan taqwa itu.
Lalu ketika seorang hamba tidak menunaikan dengan baik apa-apa yang
menjadi hak dan kewajiban taqwa, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan
untuk melakukan hal yang dapat membayar dan menghapus kesalahan itu. Yaitu
melakukan kebaikan (al hasanah) atas keburukan yang telah ia lakukan.
Al hasanah adalah istilah yang mencakup segala hal yang mendekatkan
diri hamba kepada Allah Ta’ala. Al hasanah yang paling utama yang dapat
membayar sebuah kesalahan adalah taubat nasuha, disertai istighfar dan kembali kepada
Allah. Dengan berdzikir kepada-Nya, mencintai-Nya, takut kepada-Nya, mengharap
rahmat dan karunia-Nya setiap waktu. Dan diantara caranya adalah dengan
membayar kafarah baik berupa harta atau amalan badaniyah yang telah ditentukan
oleh syariat.
Selain itu, bentuk al hasanah yang dapat menebus kesalahan adalah
sikap pemaaf kepada orang lain, berakhlak yang baik kepada sesama manusia,
memberi solusi pada masalah mereka, memudahkan urusan-urusan mereka, mencegah
bahaya dan kesulitan dari mereka. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk” (QS. Huud: 114)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Shalat yang lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at selanjutnya, dari Ramadhan
ke Ramadhan selanjutnya, semua itu menghapus dosa diantara rentang waktu
tersebut selama dosa besar dijauhi”
Dan betapa banyak nash yang menyebutkan bentuk-bentuk ketaatan sebagai
sebab datangnya ampunan Allah.
Dan yang dapat membuat Allah mengampuni kesalahan-kesalahan adalah
musibah. Karena tidaklah seorang mukmin ditimpa musibah berupa bencana,
gangguan, kesulitan, meskipun hanya berupa tusukan duri kecuali pasti jadikan
hal itu sebagai kafarah atas dosa-dosanya. Musibah dapat berupa luputnya
sesuatu yang disukai atau juga berupa mendapatkan sesuatu yang tidak disukai,
baik berupa pada jasad maupun pada hati, atau juga pada harta, baik yang
eksternal maupun internal. Namun musibah itu bukanlah perbuatan hamba, oleh
karena itu Nabi memerintahkan hal-hal yang berupa perbuatan hamba, yaitu
menebus kejelekan dengan kebaikan.
Kemudian, setelah Nabi menyebutkan haq Allah dalam wasiat taqwa yang
mencakup aqidah, amal batin dan amal zhahir, beliau menyebutkan:
“Bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik”
Yang paling pertama dari akhlak yang baik adalah anda tidak mengganggu
orang lain dalam bentuk apapun, dan engkau pun terjaga dari gangguan dan
kejelekan mereka. Setelah itu anda bermuamalah dengan mereka dengan perkataan
dan perbuatan yang baik.
Lalu bentuk akhlak baik yang lebih khusus lagi adalah lemah lembut
kepada orang lain, sabar terhadap gangguan mereka, tidak bosan terhadap mereka,
memasang wajah yang cerah, tutur kata yang lembut, perkataan yang indah dan
enak didengar lawan bicara, memberikan rasa bahagia kepada lawan bicara, yang
dapat menghilangkan rasa kesepian dan kekakuan. Dan baik juga bila sesekali
bercanda jika memang ada maslahah-nya, namun tidak semestinya terlalu sering
melakukannya. Karena candaan dalam obrolan itu bagai garam dalam makanan, kalau
kurang atau kelebihan akan jadi tercela. Termasuk akhlak yang baik juga,
bermuamalah dengan orang lain sesuai yang layak baginya, dan cocok dengan
keadaannya, yaitu apakah ia orang kecil, orang besar, orang pandai, orang
bodoh, orang yang paham agama atau orang awam agama.
Maka, orang yang bertaqwa kepada Allah, dan menunaikan apa yang
menjadi hak Allah. Lalu berakhlak kepada orang lain yang berbeda-beda
tingkatannya itu dengan akhlak yang baik. Maka ia akan mendapatkan semua
kebaikan. Karena ia menunaikan hak Allah dan juga hak hamba. Dan karena ia
menjadi menjadi orang yang muhsinin dalam beribadah kepada Allah dan muhsinin
terhadap hamba Allah.