Kultum : Isteri-Isteri Orang Mukmin

Wahai Isteri-isteri orang-orang mukmin, hendaknya kalian saling memberi hadiah meskipun hanya berupa telapak kaki (kikil) kambing, karena itu akan menumbuhkan cinta, dan menghilangkan rasa dengki. (HR.Tabrani)

Saling memberi hadiah adalah hal yang mestinya dibiasakan. Namun demikian hal itu mesti diselaraskan dengan syariat. Tidak memberikan kepada lawan jenis jika tidak aman dari fitnah. Tidak pula memberikannya karena dikaitkan dengan perayaan tertentu yang merupakan budaya non-Islam seperti ulang tahun, Valentine’s Day, dan sebagainya.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

Hadits yang mulia di atas menunjukkan bahwa pemberian hadiah akan menarik rasa cinta di antara sesama manusia, karena tabiat jiwa memang senang terhadap orang yang berbuat baik kepadanya. Inilah sebab disyariatkannya memberi hadiah. Dengannya akan terwujud kebaikan dan kedekatan. Sementara agama Islam adalah agama yang mementingkan kedekatan hati dan rasa cinta.

Allah berfirman:

“Ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika sebelumnya (di masa jahiliah) kalian saling bermusuhan lalu ia menjinakkan (mempersaudarakan) hati-hati kalian maka kalian pun dengan nikmat-Nya menjadi orang-orang yang bersaudara.” (Ali ‘Imran: 103) [Taudhihul Ahkam, 5/127, 128]

Hadiah menumbuhkan cinta yang berarti akan mengusir kebencian, permusuhan, dan kedengkian di dalam hati. Ada hadits yang datang dalam hal ini namun sangat disayangkan haditsnya lemah berikut seluruh syawahid-nya, yaitu hadits:

“Saling menghadiahilah kalian karena sesungguhnya hadiah itu akan mencabut/menghilangkan kedengkian.” (HR. Ibnu Mandah, lihat pembahasannya dalam Irwa`ul Ghalil, 6/45, 46)

Memberi Hadiah kepada Sesama Wanita

Abu Hurairah z menyampaikan sabda Nabi kepada para wanita:

“Wahai wanita-wanita muslimah, jangan sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh untuk memberikan hadiah kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki kambing.” (HR. Al-Bukhari no. 2566 dan Muslim no. 2376)

Hadits di atas berisi hasungan untuk melakukan kebajikan sebagai salah satu akhlak kaum muslimin dan muslimat, di mana merekalah yang sepantasnya mempunyai sifat yang mulia ini. Sebagaimana hadits ini juga menunjukkan keutamaan memberikan hadiah kepada sesama, dan ada keterangan tentang hak tetangga yang harus diperlakukan dengan baik. Sampai-sampai Rasulullah berpesan kepada Abu Dzar z:

 “Wahai Abu Dzar, bila engkau memasak makanan berkuah maka perbanyaklah air/kuahnya dan berikanlah kepada tetanggamu.” (HR. Muslim no. 6631)

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menyatakan bahwa hadits Abu Hurairah  di atas memberikan isyarat ditekankannya memberikan hadiah walaupun dengan sesuatu yang sedikit/kecil, dan ditekankannya menerima pemberian/hadiah walaupun sedikit/tidak berarti. (Fathul Bari 5/244, 245)

Dalam hadits ini terdapat bimbingan:

Pertama: kepada si pemberi/pihak yang menghadiahkan, janganlah menahan diri untuk memberi hadiah kepada tetangganya karena menganggap kecil dan remeh hadiah yang akan diberikan. Sedikit lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Jangan ia menganggap tiada berarti apa yang ada pada dirinya. Bahkan hendaknya ia menghadiahkan apa yang mudah baginya. Karena Allah k telah berfirman:

Siapa yang mengerjakan kebaikan walau seberat dzarrah (semut yang sangat kecil) niscaya nanti ia akan melihat (balasan)nya. (Al-Zalzalah: 7)

Rasulullah pun bersabda:

“Maka jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan bersedekah sepotong belahan kurma.” (HR. Al-Bukhari no. 6539 dan Muslim no. 2345)

Perlu diketahui, maksud dari hadiah itu adalah pengaruhnya secara maknawi, bukan materi dan manfaatnya secara material semata. Sungguh yang namanya hadiah walaupun kecil/sedikit akan dapat menumbuhkan cinta dan persaudaraan.

Al-Hafizh t dalam Fathul Bari menyebutkan hadits Aisyah Ummul Mukminin x yang diriwayatkan oleh Ath-Thabarani:

 “Wahai wanita-wanitanya kaum mukminin, saling menghadiahilah kalian walaupun hanya dengan sepotong kaki kambing, karena yang demikian itu akan menumbuhkan rasa cinta dan menghilangkan kedengkian.”

Kedua: Bagi yang dihadiahi sepantasnya menerima hadiah yang diberikan tetangganya tersebut dan jangan menganggapnya remeh. (Al-Minhaj 7/121, Fathul Bari 5/245, Subulus Salam 5/241)

Memberi Hadiah kepada Lawan Jenis
Seorang wanita dibolehkan memberi dan menerima hadiah dari laki-laki yang bukan mahramnya, demikian pula sebaliknya, dengan catatan apabila aman dari fitnah. Hal ini tidaklah bertentangan dengan kisah yang disebutkan dalam Al-Qur`anul Karim tentang Ratu negeri Saba` dengan Nabi Sulaiman. Dikisahkan, ratu ini berkata kepada kaumnya:

“Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.” (An-Naml: 35)

Ternyata hadiah dari sang ratu ditolak oleh Nabi Sulaiman
“Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, ‘Apakah patut kalian menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada kalian, tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian’.” (An-Naml: 36)

Nabi Sulaiman  menolak hadiah Ratu Saba’ karena hadiah tersebut merupakan sogokan agar Nabi Sulaiman membiarkan keberadaan kerajaan Ratu Saba’ berikut kebiasaan mereka menyembah matahari. 

Al-Imam Al-Qurthubi berkata, “Nabi menerima hadiah dan membalasnya, namun beliau tidak menerima sedekah. Demikian pula Nabi Sulaiman dan seluruh para nabi, shalawat Allah atas mereka semuanya.
  
Adapun penolakan Nabi Sulaiman terhadap hadiah yang diberikan Balqis (Ratu Saba`) karena Balqis menjadikan penerimaan dan penolakan hadiah tersebut sebagai tanda terhadap apa yang ada dalam jiwanya berdasarkan apa yang kita telah sebutkan. Yakni, ia ingin menguji apakah Sulaiman seorang raja ataukah seorang nabi. Karena dalam suratnya Nabi Sulaiman  menyatakan kepada sang ratu:  

“Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kalian kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml: 31)
Share:

Kultum : 3 Macam Doa Yang Pasti Dikabulkan

Tiga macam do’a yang pasti dikabulkan, yaitu do'a orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do’a seorang musafir. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Doa orang yang dizalimi 
Hadits di atas juga memberi isyarat, siapapun kita, agar selalu berbuat adil dalam segala hal dan tidak melakukan perlakuan zalim, kalau seseorang berlaku zalim kepada orang lain maka nantikanlah akibat buruk dari perbuatannya itu, cepat atau lambat dia akan ‘menikmati’ doa orang yang teraniaya tersebut. Jadi, buatlah benteng pertahanan pada diri kita dengan tidak berbuat zalim terhadap orang lain dan berusaha untuk berlaku adil, kerana memang doa orang yang terzalimi sangat ‘makbul’ terhadap orang yang menzaliminya, sehingga Rasulullah SAW pun memberikan satu warning kepada kita bahwa orang yang terzalimi doanya akan terkabul walaupun sebelumnya ada penyebab doanya tidak terkabul seperti makanan orang tersebut didapat dari jalan yang haram alias tidak halal. Memang ada satu hadits Rasulullah SAW yang mengisyaratkan bahawa doa orang yang pakaian dan makanannya tidak halal, doanya tidak akan terkabul. Namun, misalnya orang seperti dia dizalami oleh seseorang, maka apabila dia berdoa, maka doanya yang dialamatkan kepada pelaku kezaliman tersebut akan terkabul.

Doa Kedua Orang Tua 
Ini adalah pelajaran yang mesti diketahui setiap orang tua. Doa mereka sungguh ajaib jika itu ditujukan pada anak-anak mereka. Jika ortu ingin anaknya menjadi sholeh dan baik, maka doakanlah mereka karena doa ortu adalah doa yang mudah diijabahi. Namun ingat sebenarnya doa yang dimaksudkan di sini mencakup doa baik dan buruk dari orang tua pada anaknya. Jika ortu mendoakan jelek pada anaknya, maka itu pun akan terkabulkan. Sehingga ortu mesti hati-hati dalam mendoakan anak.



RESEP MAKANA ENAK : Bubur Kwantung

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797). Dalam dua hadits ini disebutkan umum, artinya mencakup doa orang tua yang berisi kebaikan atau kejelekan pada anaknya.

Doa seorang Musafir 
Musafir : adalah orang yang sedang bepergian untuk tujuan tertentu. Jarak perjalanan yang membuat orang dianggap sebagai musafir adalah kurang lebih 80 KM, dan lagi selama perjalanan orang tersebut tidak berencana untuk menetap di daerah tertentu lebih dari 3 hari. Jika musafir berencana menetap di suatu tempat 3 hari atau lebih, maka statusnya bukan lagi musafir, dan juga jika perjalanannya tidak lebih dari 80 KM, maka orang tersebut juga belum bisa disebut sebagai musafir (secara Fiqih). Seorang musafir mempunyai keistimewaan dalam melaksanakan ibadah, yaitu diperbolehkan Men-jamak sholat (mengerjakan 2 sholat dalam sekali waktu), diperbolehkan meng-qoshor sholat (meringkas sholat dari 4 rekaat menjadi 2 rekaat), membatalkan puasa Romadlon, dan juga meninggalkan sholat Jum'ah (menggantinya dengan sholat dluhur). Yang perlu digaris bawahi, privilege ini hanya berlaku bagi musafir yang tujuan perjalanannya bukan untuk ma'shiat.




Share:

Kultum : Tanda-Tanda Kiamat

Mendekati kiamat akan terjadi berbagai fitnah, seolah-olah kepingan-kepingan malam yang gelap gulita.Seorang yang pagi hari beriman maka pada sore harinya menjadi kafir, dan orang yang pada sore harinya beriman maka pada pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan (imbalan) harta-benda dunia. (HR.Abu Dawud)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai nabi terakhir sudah memberikan banyak isyarat dan tanda menjelang dekatnya akhir zaman dan datangnya kiamat besar. Riwayat-riwayat itu bercerita tentang fitnah, petaka, huru-hara, peperangan dan pembunuhan.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

“Sesungguhnya, menjelang terjadinya Kiamat ada fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman, tetapi pada sore hari ia menjadi kafir, sebaliknya pada sore hari seseorang dalam keadaan beriman, namun dipagi hari ia dalam keadaan kafir. Orang yang duduk pada masa itu lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berjalan cepat. Maka, patahkan busur kalian, putus-putuslah tali kalian, dan pukullah pedang kalian dengan batu, jika salah seorang dari kalian kedatangan fitnah-fitnah ini, hendaklah ia bersikap seperti anak terbaik di antara dua anak Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil–pent).”  [HR. Abu Dawud (4259), Ibnu Majah (3961) Al-Fitan, Ahmad (19231), dan Hakim]

Dalam sebuah hadits disebutkan: “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah itu dari sini, fitnah itu dari sini, dari arah terbitnya tanduk setan.”  [HR. Bukhari (3279) Bad’ul-Khalqi, Muslim Al-Fitan wa Asyrathu’s-Sa’ah]

Secara bahasa fitnah bisa bermakna ujian, cobaan, bala’, bencana dan siksaan. Pada riwayat di atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam memberikan peringatan kepada umatnya agar mewaspadai adanya fitnah yang bisa menggoncang keimanan mereka.

Penggambaran fitnah laksana potongan malam yang amat pekat itu menunjukkan betapa berat dan berbahayanya fitnah itu. Ini merupakan peringatan penting bagi setiap Muslim, bahwa banyaknya fitnah yang menyebabkan seseorang murtad merupakan tanda dekatnya akhir zaman.

Tentang fitnah yang bisa membuat kaum Muslimin terperosok pada kekufuran setelah keimanannya diperkuat dalam riwayat yang menjelaskan tentang kemunculan fitnah duhaima’. Riwayat tentang fitnah duhaima’ bercerita tentang masa-masa yang akan dihadapi oleh kaum Muslimin menjelang keluarnya Dajjal untuk menebar fitnah dan huru-hara.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Setelah itu akan terjadi fitnah Duhaima’, yang tidak membiarkan seorang pun dari umat ini kecuali akan ditamparnya dengan tamparan yang keras. Ketika orang-orang mengatakan, “Fitnah telah selesai”, ternyata fitnah itu masih saja terjadi. Di waktu pagi seseorang dalam keadaan beriman, namun di waktu sore ia telah menjadi orang kafir.

Akhirnya manusia terbagi menjadi dua golongan: golongan beriman yang tidak ada kemunafikan sedikit pun di antara mereka, dan golongan munafik yang tidak ada keimanan sedikit pun di antara mereka. Jika hal itu telah terjadi, maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya.”  [HR. Abu Dawud no. 3704, Ahmad no. 5892, dan Al-Hakim no. 8574. Dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi]

Hadits di atas mengisyaratkan hakikat fitnah Duhaima’ akan meluas mengenai seluruh umat ini. Meskipun manusia menyatakan fitnah tersebut telah berhenti, ia akan terus berlangsung dan bahkan mencapai puncaknya.

Beliau menerangkan tentang efek yang ditimbulkan oleh fitnah ini, yaitu munculnya sekelompok manusia yang di waktu pagi masih memiliki iman, namun di sore hari telah menjadi kafir. Ini merupakan sebuah gambaran tentang kedahsyatan fitnah tersebut. Fitnah ini akan mencabut keimanan seseorang hanya dalam bilangan hari, dan ini juga merupakan sebuah gambaran betapa cepatnya kondisi seseorang itu berubah.

Tentang hakikat dari fitnah ini, ada dua gambaran yang paling mendekati bentuknya, yaitu fitnah demokrasi sekuler liberal dan fitnah perang global melawan terorisme. Kedua fenomena ini adalah wujud yang paling mendekati semua ciri yang termuat pada fitnah Duhaima’.

Kedua fitnah ini pula yang paling berpotensi menjadikan seorang masih beriman di pagi hari namun tanpa sadar menjadi kafir di sore hari.

Mengapa demikian?

Jika fitnah kegelapan Duhaima’ itu ada pada ideologi demokrasi sekuler, maka fenomena yang paling nyata pada fitnah ini adalah penolakan terhadap hukum Allah. Seorang yang masuk dalam perangkap fitnah ini bisa tervonis kafir lantaran menolak syari’at Allah dan menjadikan suara mayoritas yang menentang hukum Allah sebagai dasar hukum yang konstitutif.

Sedangkan pada kasus perang global atas terorisme maka mereka yang masuk dalam barisan musuh musuh Allah untuk memerangi kaum Muslimin bisa terancam vonis kafir. Sebab hakikat perang atas terorisme yang disuarakan oleh Amerika dan sekutunya adalah perang terhadap syari’at Islam dan penegakknya. Maka, siapapun yang bergabung dalam barisan musuh untuk memerangi kaum Muslimin, sungguh ia telah melakukan hal-hal yang membatalkan keislamannya. 

Demikanlah dahsyatnya fitnah Duhaima’, fitnah akhir zaman yang membuat orang berbolak balik hatinya. Ekstrimnya, mereka yang terperangkap dalam fitnah ini pagi hari masih membaca Al-Qur’an di masjid, namun di sore hari sudah melakukan kebaktian di gereja. Di pagi hari masih menutup aurat dengan jilbabnya, namun di sore hari sudah berganti pakaian ala artis barat yang menyingkat auratnya.
Share:

Kultum : Allah Ta’ala Tidak Memandang Postur Tubuhmu

Sungguh Allah Ta’ala tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Allah memandang hatimu. Barangsiapa memiliki hati yang saleh, niscaya Allah akan menyukainya. Bani Adam yang paling dicintai Allah ialah yang paling takwa. (HR.Ath-TAbrani dan Muslim)



Penjelasan

Berapa banyak dari manusia yang memiliki banyak harta, mempunyai kecantikan dan ketampanan rupa dan menduduki jabatan yang tinggi, akan tetapi hatinya kosong dari ketakwaan dan keikhlasan serta tidak memiliki amal sholeh. Dan sebaliknya, berapa banyak dari manusia yang miskin papa, hidup seadanya, rupa tidak bisa diandalkan, tapi ia di sisi Allah mempunyai nilai dan posisi yang tinggi lagi mulia. Allah  berfirman

 “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujarat: 13)

Oleh karena itu, kekayaan, rupa yang menarik dan kedudukan yang tinggi tidak akan bermanfaat sedikitpun bagi seseorang di akhirat nanti, jika ia tidak melaksanakan ketaatan kepada Allah  dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya. Dan diantara amalan hati yang paling agung adalah keikhlasan kepada Allah  dalam beramal.

Tidak ada hubungan antara Allah dan hamba-Nya, kecuali dengan takwa. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia lebih dekat kepada-Nya dan lebih mulia di sisi-Nya. Maka dari itu, janganlah kamu membanggakan hartamu, kecantikanmu, keindahan tubuhmu, anak-anakmu, istana-istanamu, mobil-mobilmu dan kekayaan dunia lainnya sama sekali, tetapi jika kamu di samping kaya juga mempunyai ketakwaan yang kuat, maka itu merupakan karunia terbesar dari sisi Allah, karena itu pujilah Allah atasnya.

Niat adalah pondasi. Jika Anda mendapati dua orang yang sedang shalat bersama-sama di shaf yang sama dan mengikuti imam yang sama, tetapi nilai shalat mereka bisa jadi jauh berbeda seperti antara barat dan timur, karena hati mereka berbeda. Yang satu hatinya lalai bahkan mungkin terbersit riya’ di dalam shalatnya serta menghendaki keuntungan dunia, sedangkan satunya hatinya hadir yang dengan shalatnya dia ingin mencari keridhaan Allah dan mengikuti sunah Rasul-Nya.

Bersihkan hatimu dengan mengatakan kepada dirimu sendiri, “Sesungguhnya jika aku berbuat maksiat kepada Allah, manusia tidak akan bisa memberi manfaat apa-apa kepadaku dan mereka tidak akan bisa menyelamatkanku dari siksa. Tetapi jika aku menaati perintah Allah, mereka tidak akan bisa memberiku pahala.” 

Hanya Allah-lah yang memberi pahala dan menahan siksa.’ Jika masalahnya seperti itu, mengapa kamu berbuat syirik kepada Allah? Mengapa kamu berniat dengan ibadahmu untuk mendekatkan diri kepada makhluk.Maka dari itu, siapa yang mendekatkan diri kepada makhluk dengan sesuatu yang dengannya dia mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah dan manusia akan menjauh darinya.




Share:

Kultum : Manusia Diciptakan Dari Setetes Mani

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan). Karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat,.

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan lurus , ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir” (Al-Insaan (76:2,3)

1. Manusia diciptakan dari sperma dan tanah 
Al-Qur’an menyebutkan bahwa awal mula manusia adalah dari setetes mani, dalam beberapa ayat termasuk ayat berikut dalam Surat Al-Qiyamah:

 “Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)?” [Al-Qur’an 75:37]

Al-Qur’an juga menyebutkan di beberapa ayat bahwa manusia tercipta dari tanah. Ayat berikut menjelaskan tentang asal-usul manusia:

 “…maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah.” [Al-Qur’an 22: 5]

Sebagaimana kita ketahui jika awal mula manusia adalah dari sperma yang berhasil membuahi indung telur hingga melekat ke dinding rahim. Kemudian di zaman modern ini, kita juga mengetahui bahwa elemen penyusun tubuh manusia juga berasal dari tanah baik dalam jumlah kecil maupun besar.

Inilah mengapa ketika jasad manusia dikuburkan, lama-lama jasadnya akan terurai dan menjadi tanah. Dengan penjelasan ini terbukti jika ayat-ayat Al-Qur’an tentang penciptaan manusia bukannya kontradiksi namun sama-sama mengandung kebenaran. Hal ini berbeda dengan yang berarti pernyataan yang saling bertentangan dan tidak bisa keduanya benar secara bersamaan.

 2. Manusia diciptakan dari air 
Pada ayat-ayat lainnya Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari air. Misalnya dalam Surat Al-Furqan dijelaskan:

“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.” [Al-Qur’an 25:54]

 Pernyataan jika manusia diciptakan dari air juga terbukti secara ilmiah, bahkan sekitar 70 persen tubuh manusia terdiri dari air. Jadi secara ilmiah ketiga pernyataan ini adalah benar jika manusia memang diciptakan dari sperma, tanah, serta air.

 3. Analogi luar biasa dari Dr Zakir Naik 
Untuk kembali membuktikan logika yang digunakan sebagai dasar pembenaran di atas, Dr Zakir Naik memberikan perumpamaan secangkir teh. Jika untuk membuat secangkir teh dibutuhkan secangkir air dan juga diperlukan bubuk teh, maka dua pernyataan tadi tidak saling bertentangan. Karena baik air dan bubuk daun teh memang diperlukan untuk membuat secangkir teh. 

Contoh berikutnya jika saya mengatakan bahwa Tuan Kumar adalah pria yang jujur, baik, dan penuh kasih, maka tidak ada kontradiksi disini. Tetapi jika saya mengatakan bahwa Tuan Kumar adalah orang yang selalu jujur tapi seringkali berbohong, maka itu adalah kontradiksi. Kontradiksi berarti dua konsep yang membicarakan objek yang sama namun saling bertentangan.
Share:

Kultum : Kerjakan Amal Saleh

Amal saleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain berdasarkan syariat Islam serta ikhlas karena Allah Swt semata. Amal saleh termasuk perintah Allah karena dengan beramal saleh maka akan tercipta kehidupan yang tentram dan bahagia.

Amal saleh adalah perbuatan atau sikap yang harus di miliki oleh setiap muslim sebab orang yang amal saleh akan menjadi penghuni surga serta kekal didalamnya. Sebagaimana firman Allah :

“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”. (QS AL-Baqarah : 82)

Amal saleh yaitu mengerjakan suatu perbuatan yang baik, dengan niat karena Allah dan hanya mengharakan ridha- Nya. Amal saleh termasuk perintah Allah karena dengan beramal saleh maka akan tercipta kehidupan yang tentram dan bahagia.

Amal saleh adalah perbuatan atau sikap yang harus di miliki oleh setiap muslim. Berikut Amal saleh yang Wajib di miliki oleh setiap orang muslim.

Berikut adalah ciri -ciri dari orang yang bertakwa antara lain : 
  • Memulai sesuatau perbuatan baik dengan Basmalah dan mengahirinya dengan Hamdalah.
  • Berniatlah dengan ikhlas karena Allah setiap perbuatan baik yang hendak kita lakukan
  • Sabar dalam menghadapi segala cobaan dari Allah.
  • Istiqomah di jalan-Nya.
  • Memaafkan kesalahan orang lain.
  • Memegang amanah dan Menempati janji.
  • Menjalani hidup penuh dengan rasa optimis dan lain-lain. 

Birrul Walidain (Patuh terhada orang tua) Orang tua adalah orang yang telah berjasa kepada kita, terutama ibu, maka sudah sewajarnya sebagai anak kita berbakti kepada kesua orang tua kita selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Keharusan berbakti kepada orng tua yang diajarkan dalam Islam sangatlah rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu dan bapak  dalam merawt dan menjaga anak-anak sejak dari kandungan hingga dewasa. Adapun wujud nyata dari berbakti kepada orang tua adalah :

Tidak berkata kasar kepada kedua orang tua.
Berlaku hormat dan santun terhadap orang tua.
Tidak berkata " ah" saat di suruh orang tua.
Berlaku rendah hati dan penuh kasih sayang.

Mendo'akan orang tua. Sesuai dengan firman Allah :

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia” (QS. Al-Israa 23). 


Berbuat Baik Kepada Sesama Manusia. Berbuat baik yang di maksud adalah tidak meragukan orang lain, bersikap jujur, tidak menyakiti, bersikap ramah, salin tolong menolog dalam kebaikan dan takwa dan masih banyak yang lainnya.
Share:

Kultum : Hidup Dibawah Naungan Al-Quran Al-Karim

Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh padanya, yaitu Kitabullah (Al Quran) dan sunnah rasul-Nya. (HR.Muslim)

“ Hidup dibawah naungan Al-Quran  Al-Karim itu nikmat, Kenikmatan yang tidak pernah diketahui oleh siapapun selain oleh orang yang telah merasakannya…”
(Sayyid Quthb; Fi Zhilal al-Quran) 

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an itulah yang menyebabkan para Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara ini dengan sangat produktif dan penuh amal shaleh.

Bahkan, berbagai ujian dan cobaan yang menimpa mereka disebabkan hidup di bawah naungan Al-Qur’an dan memperjuangkannya mereka rasakan sebagai minhah (anugerah) yang dirasakan manisnya, bukan sebagai mihnah (kesulitan) yang menyebabkan mereka berpaling dan menjauh dari Al-Qur’an. Mereka benar-benar sebagai generasi Qur’ani yang hidup dan mati mereka bersama Al-Qur’an dan untuk Al-Qur’an.

Terdapat perbedaan yang jauh antara generasi Qur’ani dengan generasi yang belum dibentuk karakternya, pemikirannya dan prilakunya oleh Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan antara ucapan, keyakinan dan perbuatan. Hidup dan matinya untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya didasari Al-Qur’an.

Apa yang diperintah Al-Qur’an mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Al-Qur’an mereka tinggalkan. Sebab itu mereka connected (tersambung) selalu dengan Allah Ta’ala dalam semua ucapan, langkah dan perbuatan. Sedangkan generasi yang bukan atau belum dibentuk Al-Qur’an adalah generasi yang kontradiktif dan paradoks.

Karakter, pemikiran dan prilakunya bertentangan dengan Al-Qur’an, kendati mereka hafal Al-Qur’an, memahami kandungan Al-Qur’an, fasih berbahasa Al-Qur’an dan bahkan mungkin juga membagi-bagikan Al-Qur’an kepada masyarakat dengan gratis.

Oleh sebab itu, tidak heran jika situasi dan kondisi yang dialami oleh generasi Qur’ani sangat jauh berbeda dengan sitauasi dan kondisi yang dialami oleh generasi yang bukan terbentuk berdasarkan Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi yang cemerlang. Generasi yang semua potensi hidup yang Allah berikan pada mereka dicurahkan untuk meraih kesuksesan di Akhirat, yakni syurga Allah. Dunia dengan segala pernak pernikya, di mata mereka, tak lain adalah sarana kehidupan yang hanya dicicipi sekedar kebutuhan.

Orientasi utama hidup mereka adalah kehidupan akhirat yang kekal abadi dan tidak bisa dibandingkan sedikitpun dengan dunia dan seisinya. Allah menjelaskan :

Katakanlah (wahai Muhammad Saw)! Maukah kamu aku khabarkan dengan yang jauh lebih baik dari itu semua (harta, wanita, anak, istri dan seterusnya)? Bagi mereka yang bertaqwa, akan mendapatkan di sisi Tuhan Penciptanya Syurga yang mengalir dari bawahnya berbagai macam sungai. Mereka kekal di dalamnya dan ada istri-istri yang suci (tidak haid dan tidak berkeringat) dan juga keridhoan dari Allah (jauh lebih besar bagi mereka) dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 15)

Lain halnya dengan generasi yang karakter, pemikiran dan perilakunya tidak dibentuk oleh Al-Qur’an. Mereka akan mencurahkan semua potensi diri yang Allah berikan kepada mereka untuk kepentingan hidup di dunia yang sementara ini. Sebab itu, pola fikir dan gaya hidup mereka hanya terfokus pada kehidupan dunia, kalaupun ada untuk akhirat, itupun hanya waktu sisa, harta sisa dan sisa-sisa ilmu dan tenaga.

Tak diragukan lagi, hidup mereka bagaikan hewan dan bahkan lebih rendah dan lebih sesat lagi. Orang-orang seperti ini, di akhirat kelak akan hina dan akan menjadi penghuni neraka, kendati di dunia secara formal sebagai Muslim, hidup di komunitas Muslim dan sebagainya. Allah menjelaskan :

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf : 179)

Al-Qur’an itu telah memerdekakan orang-orang yang tadinya terjajah oleh penguasa zhalim dan para pengusaha curang seperti yang dialami oleh kaum Muslimin Makah dan sebagainya. Al-Qur’an itu telah berhasil membawa manusia yang tadinya hidup tersesat kepada jalan hidup yang lurus, yang penuh berkah seperti yang dialami oleh kalangan Muhajirin, Anshor dan generasi berikutnya.

Al-Qur’an itu telah berhasil memberikan pencerahan kepada manusia terkait dahsyatnya kehidupan akhirat, di mana sebelum mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an mereka hanya mengetahui kehidupan dunia. Bahkan Al-Qur’an itu telah pula berhasil menjelaskan hakikat Tuhan Pencipta, hakikat alam semesta, hakikat manusia, hakikat kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

1.Meyakini Al-Qur’an itu datang dari Allah :
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat . Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran : 7)

2.Meyakini kebenaran isi Al-Qur’an :
Dan Kami turunkan (Al Qur’an) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (QS. Al-Isra’ : 105)

Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Yunus : 32)

3.Menerima Al-Qur’an dengan hati terbuka dan suka cita :
Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-A’raf : 2)


Kehidupan di bawah al-Quran merupakan kenikmatan yang tidak akan dipahami dan diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya (Sayid Qutub)
Share:

Kultum : Beriman Kepada Allah Swt Haruslah Istiqomah

Sofyan bin Abdullah berkata “ Ya Rosulullah, terangkan kepadaku tentang Islam. Aku tidak akan bertanya lagi kepada orang lain. “Lalu Rasulullah Saw menjawab: “ Katakan: Aku beriman kepada Allah, kemudian haruslah (istiqomah).(HR.Muslim)

Berkata Ibnu Qoyyum al-Jauziyah:”Diantara tipu daya setan adalah menyihir akal manusia agar dapat menipunya. Tidak ada yang selamat dari tipuannya kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah Swt. Lalu setan akan menghiasi (mendandani) tindakan berbahaya, hingga ia akan berkhayal bahwa perbuatan itu sangat besar manfaatnya,hingga ia akan berkhayal bahwa perbuatan itu sangat berbahaya, pahit dan menjemukan….”

Orang-orang yang istiqamah tidak akan berduka lara menyikapi kehidupan dunia yang seringkali berjalan tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan, juga tidak jarang yang terjadi adalah hal-hal yang mengundang kesedihan. Orang-orang yang beristiqamah akan bisa menjalani semua dengan kebesaran jiwa dan hati yang lapang. Karena mereka yakin bahwa Allah Swt yang menghendaki segalanya dan mereka pun yakin bahwa hanya dengan tetap kokoh berpegang kepada-Nya, mereka akan mampu bahagia hidup di dunia sebelum meraih kebahagiaan di akhirat.

Keimanan dan keistiqamahan adalah dua kata kunci penting. Ketika seseorang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah Swt, yakin kepada-Nya, kemudian ia beristiqamah di dalam keimanan, pendiriannya, amal shalehnya, keikhlasannya, maka ia akan dapatkan kebahagiaan yang ia cari. Istiqamah dalam keikhlasan beribadah. Dunia dan seisinya ini tidaklah berarti apa-apa. Ketika seseorang telah mendapatkan dua  kata kunci tadi di dalam dirinya, maka ia bisa mencapai derajat kekasih Allah Swt.

Keuntungan orang yang bersikap istiqamah terhadap Allah Swt adalah hati dan jiwanya akan diliputi ketenangan. Mengapa terjadi demikian? Karena Allah Swt menyukai perbuatan baik yang dilakukan secara konsisten, terus-menerus, kontinu, meskipun amal kebaikan itu hanya kecil atau sedikit saja.

Rasulullah Saw bersabda, “Beramallah dengan benar dan sungguh-sungguh, ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang dari kalian tidak akan masuk surga karena amalannya. Mereka bertanya, “Dan apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “(Ya) Demikian juga aku, kecuali Allah memberikanku rahmat-Nya. Dan ketahuilah bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (berkesinambungan) walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)

Demikian juga dengan orang yang membiasakan diri senantiasa berdoa setiap kali bangun tidur. Mungkin di sepanjang hari ia tidak bisa melakukan amal-amal yang besar-besar, atau tidak bisa selalu bersedekah, namun ia disukai oleh Allah Swt karena ia istiqamah dalam melakukan dzikir setiap kali ia bangun dari tidurnya.

Dalam salah satu hadits qudsi, Allah Swt berfirman, “Dan tiadalah hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan atasnya, dan hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya, dan jika Aku mencintainya, maka Akulah pendengaran yang selalu ia pakai untuk mendengar, penglihatan yang selalu ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia gunakan untuk menggerakan segala sesuatu, kaki yang dia pakai berjalan, dan apabila ia memohon kepada-Ku, Aku berikan. Dan apabila ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku melindunginya” (HR. Bukhari).

Jadi berkahnya orang yang beristiqamah itu adalah dicintai oleh Allah Swt. Ia juga dijaga oleh malaikat. Ketika pada suatu waktu seseorang tidak bisa melakukan amal kebaikan yang sudah biasa ia lakukan secara konsisten, maka sesungguhnya ia tetap mendapatkan pahala dari amal kebaikan yang biasa ia lakukan itu.  Misalnya adalah ketika seseorang membiasakan diri untuk selalu shalat Subuh secara berjamaah di masjid.

Demikianlah apabila seseorang beristiqamah dalam menunaikan suatu amalan ibadah tertentu. Persis seperti kala kita sering melewati suatu jalan atau gang, kita akan menelusurinya dengan sangat mudah tanpa harus fokus mengingat-ngingat rutenya. Meskipun di jalan atau gang itu terdapat banyak perubahan ornamen atau aksesori.

Allah Swt berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan (istiqamah) pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat [41]: 30).

Seorang pedagang yang istiqomah akan selalu berlaku jujur, baik itu dalam timbangannya ataupun juga dalam hal informasi kualitas barang yang didagangkannya. Dengan cara berdagang yang demikian, ia yakin akan mendapatkan keuntungan yang terus-menerus mengalir walaupun secara nominal mungkin tidak banyak keuntungan yang ia peroleh. Ia merasa tenang dan bahagia karena justru dengan kejujurannya di dalam berniaga, maka ia akan mendapat keuntungan yang jauh berlipat ganda yaitu keuntungan yang dilatarbelakangi ridha Allah Swt atas apa yang dilakukannya dalam perniagaan.

Keistiqamahan akan membuat seseorang mempraktekkan nilai-nilai ibadah di dalam setiap akfititas dan rutinitasnya. Sekalipun ia berada di dalam lingkungan yang penuh dengan tipu muslihat dan jebakan maksiat, ia tidak akan terjebak. Ia akan selalu bisa mawas diri untuk tidak sedikit pun mendekati apa yang syubhat apalagi yang diharamkan oleh Allah Swt terhadap dirinya.


Share:

Kultum : Sabar Akan Ujian & Cobaan Dari Allah Swt

Sa’ad bin Abi Waqqah berkata,:” Aku bertanya Rasulullah Saw, “ Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya? “ Nabi Saw menjawab, “ Para nabi. Kemudian diuji menurut kadar agamanya. Jika agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai kadarnya (ringan). Jika bila imannya kokoh, maka dia akan diuji sesuai kadarnya (berat).
“Seseorang diuji terus-menerus hingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR.Bukhari)

Sebaiknya kita merenungkan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dan Allah menimpakan ujian atau musibah-musibah tersebut mungkin  disebabkan dosa-dosa kita . Sebagaimana firman Allah SWT :    

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuro : 30).

 Apabila seorang hamba menyadari bahwa musibah-musibah yang menimpa disebabkan oleh dosa-dosanya. Maka dia akan segera bertaubat dan meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa yang telah dilakukannya

Dan Nabi Muhammad saw bersabda:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Jadi ujian dan cobaan, bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita dan juga untuk mengangkat kita ke derajat keimanan yang lebih tinggi.

2.. Kita harus menyakini dengan seyakin-yakinnya, bahwa Allah selalu ada bersama kita. Dan Allah telah memberikan jaminan untuk kita dalam surah Al Baqarah ayat 286, bahwa ” Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.    

Dan Allah cinta dan ridha kepada orang yang sabar.  Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya sbb:    dan sabarlah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Anfal : 46)   Dan Firman-Nya :    

“…Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS.Al Imran : 146)

Barangsiapa yang muraqabah (merasa  diawasi) Allah dalam seluruh urusan, ia akan menjadi hamba Allah yang sabar dan berhasil melalui ujian apapun dalam hidupnya.  Kesabaran yang didapatkan ini, berdasarkan pada petunjuk Allah dalam Al Quran,  surah At Thur ayat 48  : Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri”   

3. Kita harus mengetahui bahwa jika kita bersabar, maka akan mendatangkan ridha Allah, karena ridha Allah SWT, terdapat dalam kesabaran kita, terhadap segala ujian dan ketentuan takdir-Nya, yang kurang kita sukai.

Keutamaan Sabar
 Sabar memiliki kedudukan tinggi yang mulia dalam agama Islam. Oleh karena itu, Al Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sabar setengah dari keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur. Lebih jelasnya, akan diuraikan beberapa penyebutan ash-shabr dalam Al Qur’an dengan uraian yang ringkas sebagai berikut:
1. Sabar Merupakan Perintah Mulia Dari Rabb Yang Maha Mulia
Allah SWT berfirman :  “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,..” (QS. Al-Baqarah: 153)

Konteks (kandungan) dari kedua ayat diatas menerangkan bahwa sabar merupakan perintah dari Allah SWT. Sabar termasuk ibadah dari ibadah-ibadah yang Allah wajibkan kepada hamba-Nya. Terlebih lagi, Allah SWT kuatkan perintah sabar tersebut dalam ayat yang kedua. Barangsiapa yang memenuhi kewajiban itu, berarti ia telah menduduki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT

2. Pujian Allah SWT Terhadap Orang-Orang Yang sabar
Allah SWT memuji mereka sebagai orang-orang yang benar dalam keimanannya. Sebagaimana firman-Nya: “….. dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)

Dalam kitab Madarijus Salikin 2/152 Al Imam Ibnul Qayyim, mengutarakan bahwa ayat yang seperti ini banyak terdapat dalam Al Qur’an. Sehingga keberadaan sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah adalah benar-benar menjadi barometer keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

 3. Mendapat Kecintaan Dari Allah SWT
Semua orang yang beriman berharap menjadi golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT.  Dan Allah mengabarkan kepada hamba-Nya bahwa golongan yang mendapatkan kecintaan-Nya adalah orang-orang yang sabar terhadap ujian dan cobaan dari-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya

“…….., dan Allah itu menyukai/mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)

Yang dimaksud dengan Allah bersama orang-orang yang sabar adalah penjagaan dan pertolongan Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang sabar.  Sebagaimana pula diterangkan dalam hadits berikut ini:
“Ketahuilah olehmu! Bahwasannya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” (HR. At Tirmidzi, dari shahabat Ibnu ‘Abbas ra)

4.. Shalawat, Rahmat dan Hidayah Bersama Orang Yang Sabar
Allah SWT senantiasa mencurahkan shalawat, rahmat dan hidayah-Nya kepada orang-orang yang sabar. Karena jika mereka ditimpa ujian dan cobaan dari Allah mereka kembalikan urusannya kepada Sang Pencipta, yang memilikinya.

 Sifat mulia yang dimiliki orang yang sabar ini dikisahkan oleh Allah dalam firman-Nya disurah Al Baqarah, ayat 156-157 :  “orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (esungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Atas dasar ini, bila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil, dianjurkan mengucapkan kalimat ini, dan ini yang dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT). Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika ditambah setelahnya dengan do’a yang diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad saw  sebagai berikut :“Ya Allah, berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih baik bagiku.”

Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan do’a di atas niscaya Allah SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang lebih baik. (Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah.)

 Suatu ketika Ummu Salamah ditinggal suaminya Abu Salamah yang mati syahid di medan perang (jihad). Kemudian beliau mengucapkan do’a ini, sehingga Allah SWT memenuhi janji-Nya dengan memberikan pendamping (jodoh) baginya dengan sebaik-baik pendamping yaitu Rasulullah saw. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengingkari janji-Nya.

5.. Mendapatkan Ganjaran Yang Lebih Baik Dari Amalannya
Allah SWT memberikan ganjaran bagi orang yang sabar melebihi usaha atau amalan yang ia lakukan. Sebagaimana firman-Nya :

“……Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.  “ (An Nahl: 126)

Dalam ayat lainnya, Allah SWT menjanjikan akan memberikan jaminan kepada orang yang sabar dengan ganjaran tanpa hisab (tanpa batas). Sebagaimana firman-Nya :  “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.    (Az Zumar: 10)

6.. Mendapat Ampunan Dari Allah SWT
 Selain Allah memberikan ganjaran yang lebih baik dari amalannya kepada orang yang sabar, Allah juga memberikan ampunan kepada mereka. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya : ”kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”. (Hud: 11)

Dari ‘Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah saw bersabda:  “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim, melainkan Allah SWT telah menghapus dengan musibah itu dosanya. Meskipun musibah itu adalah duri yang menusuk dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 3405 dan Muslim 140-141/1062)

7.. Mendapat Martabat Tinggi Di Dalam Surga
Anugerah yang lebih besar bagi orang-orang yang sabar adalah berhak mendapatkan martabat yang tinggi dalam Surga. Allah SWT berfirman : “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (Al Furqaan: 75)

8.. Sabar Adalah Jalan Terbaik
Semua uraian di atas menunjukkan bahwa sabar ialah jalan yang terbaik bagi siapa saja yang menginginkan kebaikan dunia dan akhiratnya.

Dari shahabat Shuhaib bin Sinan, Rasulullah saw bersabda :
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)


Share:

SELAMAT DATANG

Translate

ARTIKEL POPULER

Artikel Bermanfaat Bagi Kehidupan

POSTINGAN TERBARU

Analisa GOLD 26 Nopember 2021

mari kita simak XAUUSD dalam 1 Jam untuk menentukan Level harga Support dan Resistance intraday berikut: Resistance2 (R2) : 1812...

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Label Clouds