Juz-26 dimulai dari surat Al-Ahqaf ayat:1 sampai surat Az-Zariyat ayat:30.
QS:Muhammad ayat:34-38,
Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka.
Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.
Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu.
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.
Orang-orang yg tetap kafir tetap tidak mengakui kebenaran dan beriman kepada Alloh dan Rosul, tidak akan merugikan dan memberi mudharat sedikitpun kepada Alloh. Tapi sebaliknya mereka tidak akan diampuni di akhirat, apalagi yg pernah menghalang-halangi orang lain dari jalan Alloh dan melakukan kebenaran, maka Alloh akan menghapus segala amal kebaikan mereka. . . na'udzubillah.
Seorang muslim dalam menghadapi mereka, termasuk dalam bergaul atau berbisnis, bernegara, berpolitik, tidak perlu bersikap lemah, artinya merendahkan diri agar mereka membantu, akan tetapi harus yakin bahwa mereka tidak akan mampu memberi madharat kepada kaum muslim, karena kaum muslim bersama Alloh, dan terutama Alloh tidak mengurangi perhitungan amal perbuatan orang muslim, sementara amal orang kafir akan dihapus. Artinya orientasi keuntungan adalah ukuran di akhirat, bukan ukuran di dunia yg bisa menipu.
Kehidupan di muka bumi
dikiyaskan hanyalah permainan dan senda gurau, artinya setiap manusia harus
memerankan dengan baik peran yg ditakdirkannya.
Jadilah pedagang yg baik, jadilah petugas hukum yg adil, pekerja negara yg amanah, pekerja jasa yg dapat dipercaya, guru yg dianut, kiyai yg pantas ditanya, dll.
Baca Juga:
Sementara saat diuji dengan beban, bersabar dan ikuti semua ujian dengan beban sebagai objek untuk diselesaikan sambil tetap berdoa dan memohon ampun atas segala dosa, sehingga melewati segala ujian dalam jalan keimanan dan ketakwaan.
Dalam mengelola harta, harus menempatkan setiap rizki hanya sebagai kesenangan atau bahkan ujian dalam memakai dan memanfaatkannya, seperti senda gurau yg bisa menyenangkan atau malah menyusahkan.
Kepada kafir atau siapapun yg berlaku maksiat harus kikir, walau akhirnya secara sosial seseorang tsb akan dicap sebagai orang yg dengki dan kikir, biarkanlah.
Tetapi kepada sesama muslim, tolong menolonglah dalam kebaikan, termasuk membantu dalam harta dan kesulitan urusan dunia lainnya, dianjurkan untuk selalu menginfakan setiap harta yg dimiliki, karena Alloh maha kaya tidak akan membuat mereka yg berbuat infak menjadi miskin, dan sebaliknya bila bantuan tidak datang dari kita, Alloh akan membantu dari pintu lainnya.
Maka berlomba-lomba melakukan infak dari tangan kita, jangan terdahuhului oleh orang lain.
Rasa kikir dalam diri muncul, karena merasa bahwa harta adalah hasil jerih payah dan keringat serta kepintaran diri sendiri, sehingga pantas untuk dikuasai, dikumpulkan, tidak dikurangi dengan infak kepada keluarga, kerabat, sahabat, dan sesama muslim. Padahal harta adalah hakekatnya begian Rizki dari Alloh, walau syareatnya melalui usaha yg kita lakukan, jabatan, kedudukan, dll. Padahal besar kecilnya Rizki tidak selalu berbanding lurus dengan usaha, tingginya jabatan, besarnya perdagangan, Alloh yg mengaturnya.
Semoga dijauhkan dari sifat kikir . . Aamiin.
Oleh : Rudi
Rubiandini | 30 Agustus 2020
No comments:
Post a Comment